Skip to content
Menu
Kisah Kecil dari Palembang
  • Masa Lalu
  • Masa Kini
  • Gagasan
Kisah Kecil dari Palembang

Palembang Apa Sih! Jawaban Atas Kesanksian.

Posted on 02/05/201623/07/2022

(Tulisan pertama dari tiga bagian)

“Saya pernah kerja di Cina, waktu mau pindah ke Palembang, teman-teman langsung googling tentang Palembang, mereka bilang Palembang itu ndak ada apa-apa, kotanya disebut ciu-cang, kota markas bajak laut”

Saya mendengar kalimat itu sekitar jam 9 pagi di hari sabtu yang cerah di dalam ruangan berpengatur suhu setelah menyesap teh hangat, saya hendak tertawa, bukan karena kalimat itu salah atau lucu, tapi karena kalimat itu hampir seluruhnya benar, saya hendak tertawa getir.

“Palembang tidak ada apa-apa” yang ada dalam benak orang setelah googling mengenai kota Palembang menandakan sesuatu yang menyedihkan, tanda bahwa tidak ada sesuatu yang benar-benar khusus yang bisa direkatkan ke kota Palembang, sesuatu yang menarik perhatian dan menjadi tujuan yang hendak dilihat bila mereka mengunjungi kota Palembang.

Pempek mungkin kuliner yang sangat unik dengan kuah pedasnya, namun jarang kita dengar ‘Bandung kota Siomay’, ‘Jakarta kota Kerak telor’, atau ‘Denpasar kota ayam betutu’, yang cukup kencang hanya ‘Jogja kota gudeg’, dimana penjaja makanan angkringan menjadi aikon yang sangat popular bagi warga luar jogja. Jika Palembang hendak melekatkan pempek sebagai jualan utama, maka sudah saatnya pemkot Palembang mengemas paket wisata yang fokus kepada pempek, bukan acara yang berkala bulanan atau tahunan, tapi yang bisa dikunjungi setiap hari oleh wisatawan, misalnya kampong Pempek, dimana kapan pun wisatawan datang mereka bisa melihat keseharian pembuat pempek, melihat pempek dibuat dari nol sampai siap disajikan, dan mungkin akan sangat menarik bagi mereka bila melihat pempek dijajakan berjalan kaki keliling dalam wadah rotan, suatu keaslian yang tidak mereka dapatkan saat makan pempek di kota lain.

Sriwijaya adalah kekaisaran maritim yang sangat luas, dengan beberapa kota yang mengaku sebagai pusatnya, ada Palembang, ada Jambi, Kedah di Malaysia, Chaiya di Thailand, bahkan India. Palembang menjadi kandidat yang paling kuat, namun Jambi memiliki kompleks percandian peninggalan Sriwijaya yang diduga adalah kompleks percandian terbesar di Asia tenggara, sementara Raja Sriwijaya ditangkap di Kedah oleh Raja Chola, dan tentu saja, setelah menaklukan sriwijaya, India mengaku ibukota Sriwijaya ada di India selatan.

Palembang membutuhkan suatu bukti yang sangat kuat untuk mematahkan setiap klaim dari kota lain sebagai ibukota Sriwijaya dan satu-satunya cara adalah dengan menggalakkan penggalian arkeologi di sepanjang tepian sungai Musi sebagai tempat berkembangnya ibukota Sriwijaya. Pemprov Sumsel dan Pemerintah Pusat Harus Menggelontorkan dana besar untuk penelitian sejarah dan membuat aturan yang ketat mengenai perizinan pembangunan di tepian sungai Musi.

Jika langkah-langkah di atas dianggap sulit dilaksanakan maka cara terakhir adalah dengan melakukan kampanye besar-besaran melalui berbagai media untuk menonjolkan Palembang sebagai ibukota Sriwijaya. Pemkot Palembang dibantu Pemprov Sumsel mengadakan berbagai event Internasional dengan membawa nama Sriwijaya, Melakukan Seminar internasional, dan menjual paket perjalanan yang bernama ‘Sriwijaya Tour’ yang khusus mengunjungi berbagai tujuan wisata di Sumatera Selatan.

Sungai Musi adalah salah satu sungai terbesar di Indonesia, punya banyak cerita mulai dari Sriwijaya sampai masa kolonial Belanda, jika hendak dijadikan atraksi wisata utama maka pengemudi ketek baiknya didukung, dilatih, didorong untuk membuat asosiasi agar mudah menyeragamkan harga dan pelayanan, sebagai orang-orang yang setiap hari akan bertemu dan menjamu wisatawan yang hendak berkeliling sungai Musi.

Ampera masih mempesona, dan banyak wisatawan yang hendak berfoto dengan latar jembatan Ampera, beberapa tempat berfoto sudah disediakan, mungkin akan lebih lengkap bila tersedia pula pernak-pernik berbentuk jembatan Ampera untuk dibawa pulang oleh wisatawan sebagai kenang-kenangan atau pun oleh-oleh.

Apapun yang menjadi pilihan, pilihan tersebut harus menjadi pusat segala kegiatan pariwisata dan menjadi kata utama dalam berbagai jenis promosi yang digelar melalui berbagai bentuk media, jika itu sudah dilakukan dan internet dipenuhi oleh kata kunci itu maka tidak akan ada lagi orang-orang yang setelah googling berkata “Palembang ndak ada apa-apa”.

 

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Mengenai Robby Sunata
May 2016
M T W T F S S
 1
2345678
9101112131415
16171819202122
23242526272829
3031  
« Mar   Aug »
  • April 2025
  • March 2025
  • February 2025
  • January 2025
  • October 2024
  • August 2024
  • July 2024
  • June 2024
  • May 2023
  • November 2022
  • August 2022
  • May 2022
  • March 2022
  • February 2022
  • January 2022
  • December 2021
  • August 2021
  • July 2021
  • February 2021
  • January 2021
  • December 2020
  • November 2020
  • July 2020
  • June 2020
  • May 2020
  • April 2020
  • March 2020
  • February 2020
  • May 2017
  • March 2017
  • January 2017
  • November 2016
  • October 2016
  • September 2016
  • August 2016
  • May 2016
  • March 2016
  • January 2016
  • November 2014
  • April 2014
  • March 2014
  • January 2014
  • May 2010
©2025 Kisah Kecil dari Palembang | WordPress Theme by Superbthemes.com