Tahun 2016 ini Festival Kopi tahunan digelar di sebuah perkampungan tua yang dihuni oleh warga Palembang keturunan Yaman, nama kampung itu adalah Al Munawar. Usia kampung ini sudah mendekati 200 tahun, bahkan beberapa rumah yang didirikan sebelum kampungnya sendiri ada sudah berusia mendekati 300 tahun.
Yaman adalah suatu daerah di selatan Jazirah Arab yang bersebelahan dengan Ethiopia yang berada di sisi timur laut benua Afrika, kedua daerah ini hanya dipisahkan oleh selat kecil yang menghubungkan Laut Merah dan Samudra Hindia.
Kopi sebagai minuman diperkenalkan pertama kali di Ethiopia sebelum abad ke-15, lalu minuman yang baru dikenal ini menyeberang ke daratan Yaman dan segera menjadi minuman yang popular, terutama di kalangan pengikut tarekat Sufi yang meminum kopi agar mampu terus terjaga sepanjang malam selama mereka berdzikir.
Dari Yaman kopi segera menyebar ke seluruh dunia. Pada tahun 1784 William Marsden menulis dalam bukunya, Sejarah Sumatera, bahwa di Sumatera telah ada perkebunan kopi di berbagai dataran tinggi di sumatera, walau dia mencatat bahwa kebun-kebun itu kurang terurus dan menghasilkan kopi dengan mutu rendah.
Perkebunan Kopi di Sumatera Selatan mulai dikelola secara baik pada masa kolonial Belanda dengan program Kultuur Stelsel mereka, perkebunan kopi dibuka secara besar-besaran di daerah dataran tinggi seperti di Lahat dan Pagar Alam. Pada tahun 1883 sebagian warga suku Semendo membawa kopi bersama mereka saat berpindah ke daerah Sumberjaya, Lampung.
Sejak saat itu, kopi menjadi bisnis yang sangat menguntungkan bagi Kolonial Belanda dan warga Sumatera Selatan. Banyak warga Sumatera Selatan yang menjadi kaya raya berkat berdagang kopi, termasuk warga Palembang, seperti beberapa warga keturunan Yaman.
Kemakmuran dari kopi ini masih terus dirasakan sampai akhir dekade 60an, saat muncul kopi bubuk merek ‘ABK’ milik Habib Agil bin Ali Al Munawar, disusul tahun 1982 dengan munculnya kopi bubuk merek ‘Sendokmas’ milik Habib Muhammad Syarif Assegaf, kopi-kopi ini popular di kota Palembang, dengan kopi bubuk ‘ABK’ menjadi langganan beberapa instansi pemerintahan di kota Palembang.
Habib Agil bin Ali Al Munawar dan Habib Muhammad Syarif Assegaf adalah warga Palembang keturunan Yaman yang bermukim di Kampung Arab Al Munawar. Seperti leluhur mereka di Yaman, mereka adalah penikmat kopi yang akhirnya berbisnis kopi di Palembang. Untuk membuat kopi bubuk mereka, keduanya membeli biji kopi dari daerah Pagar Alam.
Sumatera Selatan sendiri sampai saat ini adalah pemilik perkebunan kopi terluas di Indonesia, dan juga Provinsi penghasil kopi terbesar di Indonesia, sehingga tidak mengherankan bila Sumatera Selatan menggelar Festival Kopi besar secara berkala.
Tahun 2016 ini festival kopi diselenggarakan di sebuah kampung tua di tepian sungai musi, warganya memiliki tradisi meminum kopi setiap hari setelah melaksanakan sholat subuh di sebuah musholla di tepi sungai musi, di pelataran mesjid yang terbuat dari kayu unglen yang disusun renggang di atas air sungai, para jamaah duduk menikmati kopi sambil memerhatikan kerlap-kerlip lampu di sepanjang tepi sungai serta lalu lalang perahu yang mulai sibuk di awal hari.
Tanggal 29 dan 30 oktober nanti, warga kampung Al Munawar mengundang teman-teman sekalian untuk duduk minum kopi bersama di Al Munawar.
Mari bersama-sama kita seduh, sajikan, dan nikmati kopi asli Sumatera Selatan.