Pada tahun 1852 ada seorang petualang dari Amerika Serikat yang tiba di Palembang, di Palembang dia nampaknya diterima dengan baik oleh warga Palembang, baik yang Melayu maupun yang Cina, bahkan si petualang ini sampai diundang untuk menghadiri resepsi pernikahan anak perempuan seorang saudagar Palembang bernama Oey Tsee Yang.
Resepsi itu tidak hanya dihadiri oleh orang Cina, tapi juga dihadiri oleh orang-orang Melayu dan Arab, suasananya sangat meriah dengan suara musik sepanjang acara.
Dalam resepsi ini si petualang Amerika bertemu dengan seorang saudagar Cina bernama Tchoon Long, yang selama resepsi nampak murung, Tchoon Long akhirnya bercerita mengenai seorang hebat dari Palembang, orang jujur yang setiap hari memberi makan 2.000 orang, yang terkenal di penjuru pulau Sumatera, orang-orang menyanyikan lagu pujian untuknya, dan dia sangat dicintai terutama oleh orang-orang Palembang dan Pasemah, Namanya Pangeran Kramajaya.
Namun yang membuat Tchoon Long muram adalah Pangeran Kramajaya ditangkap Belanda yang tidak suka melihat tokoh setempat menjadi terlalu popular. Belanda lalu membuang Pangeran Kramajaya ke Jawa, membuat ratusan ribu orang Palembang bersedih dan mendoakannya agar dapat kembali ke Palembang.
Tidak hanya itu, para saudagar di Palembang mengumpulkan uang ratusan ribu rupee untuk kebebasan Pangeran Kramajaya dan Tchoon Long yang akan berlayar membawa uang itu ke jawa dan membawa pulang Pangeran Kramajaya.
Sebuah kisah yang mengharukan, seorang hebat yang dicintai ratusan ribu orang, Melayu, Arab, dan Cina, bahu membahu mereka hendak membebaskan orang baik ini, mengagumkan, tapi, siapa sebenarnya Pangeran Krama Jaya ini? Dan apakah cerita mengharukan di atas benar adanya?
Setelah menelusuri berbagai sumber, ternyata, Pangeran Kramajaya adalah seorang tokoh sejarah, benar-benar ada, Wow!
Setelah Sultan Mahmud Badaruddin II dibuang oleh Belanda, warga Palembang benar-benar merasa kehilangan seorang tokoh yang sangat disegani dan dicintai, dan Belanda sebagai penguasa baru Palembang berusaha keras untuk mencuri hati warga Palembang, berusaha membuat warga Palembang hanya patuh kepada Belanda.
Belanda mencoba mengangkat sultan yang bisa mereka kendalikan, namun gagal karena sultan itu memberontak dan akhirnya dibuang keluar sumatera, Belanda lalu membubarkan Kesultanan Palembang pada tanggal 15 oktober 1825 dan membuang ratusan bangsawan Palembang dalam rangka menghilangkan jejak-jejak dan pengaruh kesultanan atas warga Palembang.
Belanda lalu menegakkan sistem administrasinya sendiri, mengangkat residen dan seperangkat pembantu residen. Pada tahun 1838 Belanda membentuk sebuah jabatan baru yang berkantor di Palembang, nama jabatan itu adalah ‘Rijksbestuur’ yang kurang lebih setara dengan bupati, setingkat dibawah Residen, yaitu jabatan yang menguasai seluruh daerah yang dahulu berada dibawah pengaruh Palembang, kurang lebih seukuran provinsi Sumatera Selatan saat ini.
Untuk mengisi jabatan itu maka diangkatlah menantu Sultan Mahmud badaruddin II, yaitu Pangeran Kramajaya. Dengan pengangkatan ini Belanda berharap dapat mengembalikan kepercayaan warga Palembang kepada Belanda, 13 tahun setelah Belanda membubarkan Kesultanan Palembang Darussalam.
Pangeran Kramajaya memiliki nama lengkap Kramajaya Abdul Azim, dia diangkat menjadi ‘Rijksbertuur’ melalui Surat Keputusan Raja Belanda tanggal 2 Januari 1838 dengan gelar yang akan ditulis dalam satu paragraph khusus setelah paragraph ini.
Pangeran Bupati Perdana Menteri Kramajaya Pangeran Mangkunegara Cakrabuana Sultan Agung Alam Kabir Sri Maharaja Mutar Alam Senopati Martapura Ratu Mas Penembahan Raja Palembang.
Ya, paragraph di atas isinya adalah gelar resmi dalam surat pengangkatan Pangeran Kramajaya sebagai ‘Rijksbertuur’, gelar itu bisa membuat seorang pelajar gagal naik kelas bila hafalan gelar itu dijadikan syarat kenaikan.
Selama menjadi Rijksbertuur, Pangeran Kramajaya menjadi makin popular, baik di Palembang maupun di pedalaman, terutama di Pasemah, menjadi terlalu popular sehingga akhirnya belanda merasa bahwa kepopuleran itu telah menjadi ancaman bagi pemerintah Belanda.
Belanda akhirnya menuduh Pangeran Kramajaya hendak menggalang pemberontakan terhadap pemerintah Belanda, Pangeran Kramajaya lalu ditangkap dan dibuang ke Jawa pada tahun 1851, 13 tahun setelah diangkat menjadi pejabat dalam pemerintahan oleh Belanda sendiri.
Setahun kemudian, Walter Murray Gibson tiba di Palembang, dia adalah seorang petualang dari Amerika Serikat yang berkeliling dunia, adalah Walter yang mengenang kemuraman Tchoon Long atas pembuangan Pangeran Kramajaya dan tekad Tchoon Long untuk membawa pulang Pangeran Kramajaya, Walter kelak akan menuliskan kisah itu dalam bukunya yang diterbitkan di Amerika Serikat.
Pangeran Kramajaya mungkin adalah satu-satunya tokoh sejarah di Palembang yang kepopulerannya diakui bukan hanya oleh warga Palembang dan pihak Belanda yang saling berseteru, tapi juga oleh pihak ketiga yang saat itu sedang berkunjung ke Palembang.
Kemasyhurannya diakui dan dicatat oleh semua orang.
Sungguh luarbiasa.
Hal lain yang menarik adalah, adanya seorang saudagar Cina yang bertekad menemui Belanda untuk membawa pulang Pangeran Kramajaya, bukan hanya ini meneguhkan kepopuleran Pangeran Kramajaya di berbagai kalangan, tapi juga membuktikan kerukunan kehidupan berbagai etnik di Palembang, bahu membahu mereka membangun Palembang, bahu membahu pula mereka hendak mengembalikan tokoh yang mereka sayangi.
Persatuan yang membuat tangguh, yang membuat Palembang bertahan begitu lama, 1335 tahun.
Ini kisah yang membuat saya semakin mencintai Palembang, kota tua yang luarbiasa, kota tua yang selalu berhasil membuat saya jatuh cinta setiap kali saya menelusuri kisah kehidupannya.
Saya berdoa untuk Palembang Jaya.