Skip to content
Menu
Kisah Kecil dari Palembang
  • Masa Lalu
  • Masa Kini
  • Gagasan
Kisah Kecil dari Palembang

Pesona Dusun Napal Licin

Posted on 04/05/201723/07/2022

Pada suatu masa terdapat sekelompok masyarakat di daerah hulu sungai Rawas yang tidak menetap di satu tempat, mereka selalu berpindah-pindah untuk membuka lahan dan ladang yang baru, terus begitu sampai akhirnya mereka memutuskan untuk mulai tinggal di satu tempat yang sama, selamanya, setelah melalui kesepakatan, mereka memilih satu tempat dan mulai melakukan pembersihan, menebangi semua pepohonan yang ada untuk membangun sebuah desa, batang pohon-batang pohon itu mereka biarkan tergeletak di tempatnya sampai satu bulan, menunggu semuanya kering sehingga lebih mudah dibakar.

Satu bulan kemudian mereka kembali datang ke lokasi bakal desa mereka, namun mereka terkejut, batang pohon yang tadinya bergeletakan sekarang telah hilang!, Lokasi bakal desa mereka yang tadinya dipenuhi batang pohon yang berkaparan sekarang telah bersih, licin, mereka tidak tahu apa yang terjadi tapi mereka senang bukan main karena itu meringankan pekerjaan mereka dan desa bisa segera didirikan.

Mereka lalu memberi nama desa mereka dengan nama ‘Kapar Licin’, semua batang yang dikaparkan telah licin.

Pada tahun 1990-an, ada pejabat Kabupaten Musi Rawas yang hendak berkunjung ke Gua di dekat desa Kapar Licin, dia menaiki perahu menghulu sungai lalu mendarat di tepi sungai di dekat desa Kapar Licin, saat akan turun dari perahu, kaki si pejabat menapak di atas batu napal di tepi sungai dan dia terpeleset jatuh, pejabat ini lalu mengatakan “(batu) napal (nya) licin”.

sejak saat itu desa Kapar Licin dikenal sebagai desa Napal Licin.

Setidaknya begitulah cerita yang saya dapat saat berkunjung ke desa Napal Licin bulan april yang lalu, perjalanan kesana sungguh tidak mudah,bukan hanya waktu tempuh yang lama namun juga kondisi jalan dan jembatan yang ada membuat anda berharap telah memiliki asuransi jiwa yang bagus sebelum bepergian kesana.

Tapi seperti kata orang bijak, sesuatu yang hebat itu membutuhkan pengorbanan yang hebat pula, walau saya tidak tahu siapa nama orang bijak itu tapi kalimat bijaknya sesuai sekali untuk menggambarkan perjalanan ke Napal Licin.

Butuh waktu 8 jam dari Palembang untuk sampai ke Lubuk Linggau, dari sana melanjutkan ke simpang Sarolangun sekitar 1 jam dan masuk ke jalan desa menuju Napal Licin selama 3 jam 30 menit.

Jalan aspal antara kota Lubuk Linggau dan kota Muara Rupit mungkin adalah jalan terbagus yang pernah saya lalui selama berkeliling Sumatera Selatan, jalannya mulus dan lurus dan terbentang dari satu bukit ke bukit selanjutnya, diantara hutan dan ladang, senang!

Tapi disarankan untuk berhati-hati selama melalui jalan ini, karena jalannya yang mulus dan sepi cenderung membuat pengendara lalai dan berakhir dengan kecelakaan.

Utamakan keselamatan kawan, mantan menanti di pelaminan.

Jalan dari simpang Sarolangun sampai ke Napal Licin sebagian mulai diaspal ulang tahun 2015, sebagian lagi baru diaspal ulang tahun 2016, cukup mulus walau di beberapa tempat jalan yang diperbaiki tahun 2015 mulai rusak dan ada bagian jalan yang menanjak aspalnya rontok sebagian, tapi semuanya masih bisa dilalui.

Tahun 2017 ini rencananya pemerintah kabupaten Musi Rawas Utara akan memperbaiki beberapa bagian jalan dan sejumlah jembatan batu tanpa pagar dan jembatan besi yang lantainya mulai lepas. Tenang, semuanya masih bisa dilalui sehingga tulisan ini bisa diterbitkan sekarang. Saya yakin saat kawan-kawan nanti ke Napal Licin semua jalan dan jembatan telah bagus dan layak dilalui, karena pemerintah Muratara  serius hendak mengembangkan industri pariwisata mereka. 

Tiba di mulut gua Napal Licin, kawan-kawan akan terdiam sesaat, memerhatikan mulut gua,  melempar pandangan ke sekitar, dan mulai berfikir, setelah semua perjuangan ini, setelah 12 jam 30 menit berkendara, setelah semua jalan bergelombang dan jembatan yang nyaris putus, hanya ini? Hanya ini??!!!

LoL

Tarik nafas dulu dalam-dalam, atur pernafasan, lalu melangkahlah lebih jauh ke dalam gua, melintas di celah sempit diantara bebatuan gua, merunduk-runduk di langit-langit rendah, bernafas diantara bau belerang dari kotoran kelelawar yang mungkin berabad-abad telah ada disana, lalu kawan-kawan akan disuguhi pemandangan yang menakjubkan, aula besar dengan langit-langit yang tinggi dan lubang di atasnya.

Saya berdiri sambil menatap ke tanaman yang tumbuh di tepi lubang yang menganga sekitar 70 meter di atas kepala saya, lebat tanaman disana. Di sekitar saya ada berbagai tumbuhan hijau, mulai dari lumut sampai sejenis pakis, udaranya lembab, cahayanya cukup, pemandangannya indah.

Saya lalu mendaki batu besar yang ada di hadapan saya, itu batu karst yang kuat dan tajam, lalu berpindah ke batu yang lebih tinggi disebelahnya, terus memanjat sampai tiba di sebuah pelataran sempit berpasir, sekitar 30 meter di atas tempat awal. Untuk naik ke pelataran selanjutnya yang berada sekitar 17 meter diatas sana, saya harus berpegangan pada akar tanaman untuk mendaki dinding 90 derajat di depan saya, saat itulah saya berharap disini ada lift.

Teman saya sampai ke atas, sayangnya dia tidak melanjutkan ke tingkat terakhir gua Napal Licin, tempat dimana kita bisa menikmati keindahan pemandangan sekitar nun jauh disana dari atas bukit karts Napal Licin.

Cakep.

 

DSC02621
Aula Besar Di Dalam Gua Napal Licin

 

 

DSC02659
Lubang Di Atap Gua Napal Licin

 

 

DSC02674
Rekahan Di Antara Bukit Karst Napal Licin

 

 

DSC02715
Akar Itu Adalah Cara Untuk Naik Ke Atas Sana

 

 

DSC02749
Petani Karet Yang Baru Pulang Dari Kebun

 

 

DSC02762
Jembatan Gantung Menuju Desa Napal Licin

 

 

DSC02770
Sungai Kulus di Desa Napal Licin

 

 

COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Huis_te_Napal_Litjin_in_het_district_Rawas_Sumatra_1877_1879
Desa Napal Licin Pada Tahun 1877, Courtesy Wikimedia Commons

 

 

DSC02847
Desa Napal Licin Pada Tahun 2017

 

 

DSC02855
Suasana Sore Hari Di Desa Napal Licin

 

 

DSC02791
Anak-Anak Di Sungai Batang Kulus

 

 

DSC02820
Kamerasutera Di Desa Napal Licin

 

Ditemani oleh bapak sekretaris desa, kami yang kelelahan dijamu makan di rumah bapak kepala desa Napal Licin, dan ternyata desa Napal Licin adalah desa yang menyenangkan dengan warga yang ramah. Kami memarkir kendaraan di tepi jalan, lalu melalui jembatan gantung sepanjang lebih dari 100 meter, kami menuju desa Napal Licin yang berada di seberang.

Penerimaannya hangat sekali, bapak-bapak menyapa, ibu-ibu tersenyum, dan anak-anak mengerubungi teman kami yang mengoperasikan drone, namanya, Paramiswari, yang ternyata juga sangat menyukai anak-anak. Klop.

Ini sungguh perjalanan yang tidak disangka sangat menyenangkan.

Gua dan desa Napal Licin adalah satu paket perjalanan yang sangat layak dikunjungi, jika senang petualangan air, kawan-kawan bisa mempergunakan perahu untuk sampai ke desa ini dari Sarolangun, lalu menginap di desa Napal Licin yang masih murni, dan melanjutkan petualangan dengan menjelajahi jaringan gua sepanjang 1500 meter yang dimulai dari gua Napal Licin, sangat layak dicoba bukan?

Ayo kawan, mainlah ke Napal Licin.

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Mengenai Robby Sunata
May 2017
M T W T F S S
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
293031  
« Mar   Feb »
  • July 2025
  • June 2025
  • April 2025
  • March 2025
  • February 2025
  • January 2025
  • October 2024
  • August 2024
  • July 2024
  • June 2024
  • May 2023
  • November 2022
  • August 2022
  • May 2022
  • March 2022
  • February 2022
  • January 2022
  • December 2021
  • August 2021
  • July 2021
  • February 2021
  • January 2021
  • December 2020
  • November 2020
  • July 2020
  • June 2020
  • May 2020
  • April 2020
  • March 2020
  • February 2020
  • May 2017
  • March 2017
  • January 2017
  • November 2016
  • October 2016
  • September 2016
  • August 2016
  • May 2016
  • March 2016
  • January 2016
  • November 2014
  • April 2014
  • March 2014
  • January 2014
  • May 2010
©2025 Kisah Kecil dari Palembang | WordPress Theme by Superbthemes.com