Tempat bernama ‘Sribhoga’ pertama kali muncul dalam karya I-Tsing yang berjudul ‘Catatan agama Buddha seperti yang dipraktekkan di India dan Kepulauan Melayu’. I-Tsing singgah disana pada 671 dan menggambarkan Sribhoga sebagai kota pelabuhan besar di laut selatan yang penting bagi Kekaisaran Cina. Status sebagai pelabuhan yang penting ini menunjukkan adanya hubungan antara Sribhoga dan Kekaisaran Cina, jauh sebelum I-Tsing datang. Sejumlah sumber menyebut bahwa pada tahun 670 istana kekaisaran Cina mendapatkan kunjungan dari utusan kerajaan yang namanya ditulis sebagai ‘Che-li-fo-che’ atau ‘Shilifoshi’.
Geoff Wade menyebut bahwa jika dieja dalam dialek Hokkien versi Cina pertengahan maka ‘Shilifoshi’ akan bersuara ‘si-li-fut/but-se’, sebuah suara yang memberikan kesan kuat nuansa kata ‘Sribhoga’. Bunyi ejaan seperti itu mungkin memberi petunjuk mengenai hubungan antara keduanya. Sribhoga-nya i-Tsing adalah Shilifoshi-nya kekaisaran Cina. Karena I-tsing telah menyebutkan bahwa Sribhoga adalah pelabuhan penting di lautan selatan bagi Kekaisaran Cina dan Kekaisaran yang sama juga telah pernah menerima utusan dari tempat di laut selatan yang bernama ‘Shilifoshi’ yang bersuara serupa seperti Sribhoga, maka kemungkinan keduanya adalah tempat yang sama, yakni nama sebuah kota pelabuhan di laut selatan, dan bukan nama kerajaan.
Takakusu yang menerjemahkan catatan perjalanan I-Tsing memilih untuk mempergunakan kata ‘Shilifoshi’ dalam terjemahannya untuk menggantikan kata ‘Sribhoga’ dengan keyakinan bahwa keduanya merujuk kepada nama tempat yang sama. Tulisan ini akan mengikuti Takakusu dan mempergunakan kata ‘Shilifoshi’.
Kata ‘Sriwijaya’ muncul pertama kali pada prasasti Kedukan bukit yang terbit pada tahun 682 dan muncul untuk kedua kalinya pada 686 dalam prasasti Kota Kapur.
Tokoh sejarah bernama Dapunta Hyang Sri Jayanasa menyatakan berdirinya Kedatuan Sriwijaya pada 682 dengan mendirikan sebuah prasasti yang ditemukan di sebelah barat Kota Palembang, di dekat sebuah bukit bernama Seguntang. Tokoh yang sama lalu menerbitkan tiga prasasti lain yang berisi ancaman untuk taat kepada Sriwijaya dan imbalan bila melakukannya. Salah satunya adalah prasasti Kota Kapur yang berangka tahun 686 masehi. Kesamaan isi antara prasasti Kota Kapur di Pulau Bangka, prasasti Karang Brahi di Jambi, dan prasasti Palas Pasemah di Lampung memberi petunjuk bahwa ketiganya mungkin diterbitkan oleh penguasa Sriwijaya dalam waktu yang sama atau setidaknya dalam waktu yang berdekatan.
Lalu, apakah Shilifoshi-nya I-Tsing sama dengan Sriwijaya-nya Dapunta Hyang Sri Jayanasa? Jawabannya, Tidak. Sribhoga tidak sama dengan Sriwijaya tetapi keduanya berhubungan erat.
Petunjuk mengenai adanya hubungan antara Shilifoshi dan Sriwijaya muncul antara tahun 685 sampai 686 masehi.
Tahun 685 pendeta I-Tsing berangkat dari Nalanda di India menuju ke Shilifoshi. Dalam perjalanan itu dia melihat adanya perubahan. Melayu yang saat dia singgahi pada 671 adalah sebuah pelabuhan yang merdeka, di tahun 685 telah menjadi bawahan Shilifoshi. Pada masa yang sama, antara 685 sampai 686 masehi, prasasti Karang Brahi diterbitkan yang menujukkan bahwa Sriwijaya telah berkuasa atas pedalaman Melayu. Agar dapat menaklukan pedalaman Melayu, Dapunta Hyang Sri Jayanasa terlebih dahulu harus menaklukan kota pelabuhan Melayu yang berada di pesisir.
Dua sumber sejarah berbeda menunjukkan dua buah kejadian yang sama yang berada dalam kurun yang sama. Kesamaan kedua kejadian itu adalah petunjuk yang memadai untuk mengambil kesimpulan bahwa kedua kejadian itu sedang merujuk pada satu peristiwa yang sama, yakni penaklukan Melayu oleh Sriwijaya.
Pada 685, I-Tsing menyaksikan bahwa Melayu telah menjadi taklukan Shilifoshi, kota tempat dia singgah selama enam bulan di tahun 671. Pasukan Sriwijaya lalu merangsek jauh sampai ke pedalaman Melayu dan menerbitkan prasasti di sana, di Karang Brahi.
Tetapi Shilifoshi bukan Sriwijaya. Shilifoshi telah ada sejak 670 masehi seperti yang dicatat oleh Kekaisaran Cina dan I-Tsing, sedangkan Sriwijaya baru ada pada 682 setelah diumumkan oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Hubungan antara Sribhoga dan Sriwijaya sepertinya sama seperti hubungan antara Jakarta dan Indonesia.
Shilifoshi adalah ibukota Sriwijaya sama seperti Jakarta adalah ibukota Indonesia. Shilifoshi adalah kota tempat dimana tokoh hebat Sri Jayanasa pertama kali bertahta dan tempat dia mengumumkan berdirinya Kedatuan Sriwijaya. Sebagai ibukota, Shilifoshi telah lama ada dan saat Sriwijaya diproklamirkan dia segera menjadi pusat Kedatuan, tempat sang Maharaja Sriwijaya bertahta.
Apakah Shilifoshi yang dikunjungi I-Tsing berada di Palembang? Ya.
Shilifoshi tempat I-Tsing tinggal selama sebelas tahun antara 685 sampai 695 adalah ibukota Kedatuan Sriwijaya. Di Shilifoshilah Dapunta Hyang Sri Jayanasa memproklamirkan berdirinya Sriwijaya yang ditandai dengan penerbitan prasasti Kedukan Bukit pada 682. Prasasti itu ditemukan kembali pada 1920 di Kota Palembang, mungkin tidak jauh dari posisi pertamanya saat didirikan, yakni di dekat bukit suci Seguntang.