Lorong Basah Culinary Night alias LBNC adalah tempat makan yang diadakan di sebuah Lorong di daerah kota lama Palembang. Saat ini LBNC belum mencapai kesuksesan tetapi masih terus dipertahankan untuk hidup.
LBNC digelar di sebuah Lorong yang di Palembang popular disebut sebagai Lorong Basah. Letaknya berada di daerah kota tua Palembang, dekat Pasar 16 ilir. Lorong basah memanjang dari utara ke selatan dan diapit dua baris rumah toko yang dari bentuknya mungkin hasil rehab tahun 1980-an atas bangunan yang lebih tua.
Lorong basah bermuara ke Jalan Masjid Lama dan berada sekitar 150 meter sebelah timur Masjid Agung Palembang. Sejak jam Sembilan pagi daerah ini, Masjid Lama dan sekitarnya ramai oleh aktifitas perdagangan. Itu berlangsung sampai sore hari sekitar jam 5. Setelah itu para pedagang membereskan dagangan dan setelah magrib suasana menjadi begitu sepi. Bangunan disini dimiliki oleh pribadi dan perusahaan.
Lalu apa yang membuat LBNC belum berhasil menjadi destinasi wisata yang mendatangkan jutaan turis nusantara dan mancanegara?
Terpencil
Meski berada di dekat pusat kota sekaligus wilayah kota tua Palembang, lokasi LBNC terpisah dari tempat lain yang lebih ramai.
Pada malam hari, semua toko dan perkantoran dimana LBNC berada telah tutup sehingga para penjual di LBNC berharap pembelian dari orang lain yang sengaja datang ke LBNC, sayangnya itu pun tidak mudah.
Ada jarak sekitar 150 meter antara LBNC dengan tempat keramaian terdekat, yaitu Bundaran Air Mancur. Masalahnya tidak ada jalan yang bisa langsung menghubungkan antara kendaraan yang lalu lalang di Bundaran Air Mancur dengan LBNC. Tidak terlihat pula ada baliho besar yang mengiklankan LBNC dan memberitahukan jalan menuju LBNC yang terpasang di area Bundaran Air Mancur.
LBNC juga terletak jauh dari pusat makanan terdekat. Antara LBNC dengan Warkop HAR di Jalan Jenderal Sudirman yang popular karena menjual martabak HAR terdapat jarak sekitar 300 meter. Sementara antara LBNC dengan pusat keramaian lain yang juga menjual makanan, Pedestrian Walk yang juga berada di Jalan Jenderal Sudirman, malah makin jauh, lebih dari 500 meter.
Ketika orang sudah puas dengan apa yang mereka dapat di jalan Jenderal Sudirman maka mereka akan enggan berpindah ke tempat yang lebih jauh.
Jauh dari rumah penduduk
Permukiman penduduk yang terdekat dengan LBNC verada 200 meter ke arah timur. Pemukiman itu dihuni oleh mayoritas etnik Cina yang beragama Buddha atau Tri Dharma. Mereka tinggal di tepi jalan yang banyak berdiri rumah makan yang menyajikan makanan khas mereka, dengan demikian terdapat kemungkinan yang rendah bagi mereka untuk berjalan lebih jauh untuk mendapatkan makanan yang tidak sesuai dengan selera.
Permukiman lain terletak lebih jauh lagi dari LBNC dan di permukiman itu juga telah dipenuhi oleh penjaja makanan baik di tepi jalan maupun di dalam ruko.
Jam layanan
LBNC baru siap melayani pengunjung sekitar jam 19:30.
Itu terjadi karena pada siang hari Lorong basah dipergunakan oleh pedagang kaki lima dan pertokoan untuk berjualan. Pada sore hari sekitar jam 5 mereka baru akan memberesi dagangan mereka. Setelah itu petugas kebersihan akan menyapu sampah dan barulah setelahnya para pedagang makana di LBNC bisa memasukkan meja, kursi, dan bahan makanan mereka ke Lorong basah.
Waktu tutup layanan LBNC sekitar jam 22:00, dengan begitu terdapat waktu sekitar 2 jam 30 menit setiap malamnya bagi para pedagang dan pengunjung LBNC untuk bertemu dan melakukan transaksi. Jumlah waktu itu tidak memadai bagi pedagang untuk mengumpulkan pendapatan.
Tidak ada pemandangan
LBNC berada di sebuah Lorong yang pemandangannya dipagari oleh deretan ruko di kedua sisi. Tidak ada pemandangan Sungai Musi, tidak ada pemandangan Jembatan Ampera, tidak ada pemandangan Masjid Agung, tidak ada pemandangan sama sekali.
LBNC cocok untuk tempat dua sejoli saling berpandangan dengan mesra, selain karena diliputi asmara juga karena tidak ada hal lain yang bisa dilihat. Sayangnya, tempatnya pun tidak romantis. Permukaan dinding yang kotor diantara rolling door bewarna kusam dan berkarat bukanlah latar yang estetik bagi kebanyakan mata mansuia.
Kanopi
Satu-satunya pemandangan yang dapat dijual dari Lorong basah adalah pemandangan deretan ruko tua yang bila dipasangi lampu jalan bewarna kuning maka akan terlihat cukup estetik di malan hari. Sayangnya itu tida terjadi. Kanopi telah menutupi satu-satunya pemandangan yang ada di lorkng basah dan lampu yang terang benderang memperjelas kusam dan lusuhnya dinding dan rolling door di sana.
Makanan tidak menonjol
Makanan apa yang menjadi kekhasan LBNC dan tidak ditemui atau jarang ditemui di tempat lain?, beberapa kali ke LBNC kami tidak melihat ada makanan yang istimewa enaknya atau hanya dapat dibeli di LBNC. Tidak ada pemandangan, tidak ada makanan yang istimewa, tidak ada alasan yang kuat yang mampu membuat warga Palembang untuk pergi ke LBNC.
Lalu apa solusinya?
Untuk menjawabnya harus ada penelitian ilmiah, dibuatkan kajian yang khusus agar tidak ada lagi energi, waktu, dan uang yang terbuang. Minimal ada kajian SWOT untuk menghasilkan keputusan yang tepat. Pengelola LBNC bisa meminta pendapat pada asosiasi marketing yang ada di Palembang, atau meminta saran kepada Lembaga manajemen di kampus-kampus negeri dan swasta di Palembang.
Kami sendiri hanya mampu menawarkan beberapa solusi berikut ini.
Solusi pertama, LBNC sebaiknya ditutup dan pedagangnya dipindahkan ke tempat lain. Untuk mempertahankan LBNC di tempatnya sekarang akan dibutuhkan banyak usaha yang rumit dan meminta kesabaran, kepakaran, dan anggaran.
Kandidat lokasi yang kami rekomendasikan untuk menampung pedagang eks LBNC adalah badan jalan di depan kantor Bank BNI Bundaran Air Mancur, badan jalan di bawah Stasiun LRT Ampera, dan badan jalan sayangan di sebelah Bank Danamon Masjid Lama.
Badan jalan di depan kantor BNI Bundaran dan di bawah stasiun LRT Ampera berada dekat dengan arus lalu lintas utama. Keramaian yang ada di lokasi makan akan menarik perhatian pengendara yang lalu lalang. Mereka yang tertarik pun tidak perlu memutar jauh, bisa langsung parkir di bundaran, parkir di depan martabak HAR Masjid Agung, atau memutar di bawah Jembatan Ampera.
LBNC bisa juga melebur dengan pedagang makanan di sayangan. Sejak lama tempat itu menjadi pusat makanan non-halal dan dikunjungi cukup banyak orang. eks pedagang LBNC bisa diberi ruang khusus yang terpisah dengan pedagang non-halal yang telah ada namun tetap berada di jalan yang sama. Mereka akan bisa saling melengkapi antara makanan halal dan non-halal dan bisa dipromosikan oleh dispar Palembang sebagai pusat makanan yang menghargai pluralitas, tema yang sedang trend saat ini.
Solusi kedua bagi LBNC adalah membatasi pedagang kaki lima berjualan hanya sampai jam 15:00, mendorong pedagang di ruko tetap buka sampai jam 20:00, membongkar kanopi di Lorong basah, melakukan pengecatan ulang setiap dinding dan rolling door semua ruko di Lorong basah, memasang lampu penjor dari Bundaran Air Mancur sampai Lorong Basah, mendatangkan satu brand kuliner terkenal di Palembang yang memiliki massa real yang memiliki daya beli, dan melakukan rekayasa lalu lintas.
Rekayasa lalu lintas itu berupa penutupan badan jalan di depan JM Plaza dan penutupan jalan TP Rustam Effendi. Sehingga pengendara yang telah masuk Jalan Kolonel Atmo hanya bisa menuju Jembatan Ampera melalui jalan Masjid Lama yang berada di depan Lorong Basah.
Solusi ketiga
Menciptakan keterhubungan antara Pedestrian Sudirman dengan LBNC. caranya bisa dengan memperpanjang Pedestrian Sudirman sampai ke LBNC atau sebaliknya, menarik LBNC sehingga memanjang sampai ke Pedestrian Sudirman. Pedagang makanan diatur berjajar dengan teratur sehingga mencipatakan koridor antara kedua tempat tersebut. Solusi ini juga bisa menjadi jawaban bagi kemacetan di sepanjang jalan Jenderal Sudirman.