Adalah pemandangan biasa melihat angkutan umum alias angkot berhenti di atas Jembatan Ampera untuk menaikkan atau menurunkan penumpang. Sekarang pemandangan angkot berhenti seenaknya di atas jembatan Ampera ditambahi dengan pemandangan kereta LRT sedang lewat di sebelahnya, kereta modern yang cenderung kosong.
Tulisan ini akan menawarkan satu solusi untuk menyelesaikan dua masalah di atas, yakni kemacetan di jembatan Ampera akibat angkot yang berhenti dan sepinya penumpang LRT.
Sudah waktunya angkot dilarang melintas di atas Jembatan Ampera. Angkot Plaju dan Kertapati tidak perlu lagi memutar di bawah Jembatan Ampera di sisi sebelah ilir, mereka harusnya memutar di suatu tempat di Jakabaring.
Tempat memutar bagi mereka adalah di salah satu Stasiun LRT yang ada di Jakabaring. Ke depannya, angkot dari Plaju berangkat dari bundaran di pintu masuk Perumahan Pertamina Plaju melewati jalan Kapten Abdullah terus ke jalan Jenderal Ahmad Yani lalu berbelok ke selatan masuk ke jalan Gubernur Haji Bastari, Jakabaring.
Begitu pula dengan Angkot Kertapati, mereka berangkat dari Terminal Karya Jaya di jalan Sriwijaya Raya terus ke jalan Ki Merogan lalu ke jalan KH Wahid Hasyim dan berbelok ke selatan masuk ke jalan Gubernur Haji Bastari.
Setelah masuk ke Jakabaring, keduanya akan bertemu beberapa stasiun LRT tempat dimana mereka akan menurunkan penumpang dari Plaju dan Kertapati dan menaikkan penumpang yang baru turun dari LRT dan hendak menuju Plaju atau Kertapati.
Karena tidak bisa lagi menlewati Ampera, maka warga Plaju dan Kertapati yang hendak ke pusat kota Palembang harus menaiki LRT dari stasiun-stasiun yang ada di Jakabaring. Dari sana mereka bisa berhenti di Stasiun Ampera, Cinde, atau PS.
Dalam skenario solusi ini, angkot Plaju dan Kertapati bertindak sebagai feeder alias pengumpan bagi LRT. Pemilik dan sopir angkot tidak akan kehilangan penumpang, LRT akan melihat penambahan penumpang, dan pengguna jalan tidak lagi pusing kena macet di atas Ampera, semua senang, semua Bahagia,
Angkot tidak akan kehilangan penumpang karena warga di Kertapati dan Plaju tidak punya pilihan lain selain naik angkot, karena itulah angkutan umum yang terdekat yang bisa mereka jangkau dari rumah mereka. Keuntungan lain adalah karena berkurangnya jarak tempuh maka akan ada penghematan bahan bakar dan waktu untuk satu rit angkot, akibatnya satu sopir bisa memiliki rit yang lebih banyak dalam satu shift.
LRT akan melihat kenaikan penumpang karena sekarang Angkot tidak bisa melintasi Ampera membuat mereka menjadi satu-satunya angkutan umum yang tersedia yang boleh melintasi Sungai Musi.
Warga tentu saja akan membayar lebih mahal karena harus dua kali membayar angkutan umum, tetapi mereka akan mendapatkan value dari LRT yang tidak didapat dari angkot. Value itu adalah angkutan umum yang bersih, tepat waktu, dan sejuk. Kini mereka tidak perlu lagi menunggu berjam-jam di dalam angkot yang ngetem untuk tiba di tempat tujuan dengan badan penuh keringat dan make-up meleleh dari muka ke leher.
Jika pemkot Palembang hendak mengambil langkah lebih jauh, terminal kecil bisa dibuat di Jakabaring untuk tempat angkot Plaju dan Kertapati memutar sambil mengambil penumpang. Lokasi yang disarankan adalah lokasi eks Lippo Plaza, yang berada tepat di samping pintu masuk GSJ.
Lokasi itu strategis untuk dua alasan. Pertama, saat ini banyak warga Palembang yang menjadikan GSJ sebagai lokasi wisata dalam kota; kedua, lokasi Lippo Plaza berada dekat dengan stasiun LRT Jakabaring, keduanya sama-sama berada dalam area bundaran air mancur GSJ.
Jika dijadikan terminal, angkot Plaju dan Kertapati akan masuk ke dalam lokasi eks Lippo Plaza untuk menurunkan penumpang yang lalu bisa masuk ke GSJ atau naik ke stasiun LRT Jakabaring untuk melanjutkan perjalanan mereka. Disana mereka juga bisa menaikkan penumpang yang telah menunggu. Penumpang ini terdiri dari dua kelompok, pertama, mereka yang baru turun dari LRT dan hendak meneruskan perjalanan ke Plaju atau Jakabring; kedua, mereka yang baru keluar dari GSJ dan hendak ke rumah masing-masing.
Keuntungan bagi pemilik bangunan eks Lippo Plaza adalah, asset menganggur mereka akan kembali ramai dan memiliki nilai ekonomis. Gerai-gerai makanan-minuman dan lainnya bisa Kembali dibuka disana.
Pada titik ini, pihak yang Bahagia akan bertambah, setelah pemilik-sopir angkot, LRT, dan pengendara yang lewat di Ampera, kini pemilik bangunan eks Lippo Plaza ikut bahagia. Tidak ada yang lebih menyenangkan selain semakin banyak orang yang hidupnya Bahagia di kota tercinta.
Mungkin akan ada yang bertanya, kenapa terminalnya tidak di daerah pasar induk saja? Bukannya disana sudah ada terminal. Ya, itu betul, tetapi lokasinya terlalu jauh dari jalur lalu lintas utama dan disana tidak ada sambungan ke mode angkutan lain yang melayani dalam kota Palembang.
Namun Terminal Jakabring yang kini telah diokupasi oleh pedagang Pasar Induk bisa dihubungkan dengan moda angkutan lainnya melalui terminal mini eks Lippo Plaza. Angkot Jakabaring yang berangkat dari pasar di dalam Perumahan OPI setelah melalui OPI Mall akan berbelok ke barat dan masuk ke jalan Seniman Amri Yahya lalu berbelok ke utara masuk ke jalan Pangeran Ratu dan akhirnya masuk ke Terminal Jakabaring, dari sana perjalanan diteruskan ke arah utara masuk ke jalan Gubernur Haji Bastari lalu berbalik arah di bawah Jembatan Ampera sisi sebelah Ulu. Dari sana perjalanan dilanjutkan lurus ke selatan sampai masuk ke terminal eks Lippo Plaza.
Kini semua angkutan umum di sisi sebelah selatan Sungai Musi telah terhubung. Sekali tepuk, tiga empat masalah terselesaikan. Semoga dapat terlaksana di dunia nyata.