Skip to content
Menu
Kisah Kecil dari Palembang
  • Masa Lalu
  • Masa Kini
  • Gagasan
Kisah Kecil dari Palembang

Tiga Lokasi Baru Bagi Pedestrian Sudirman

Posted on 24/11/202005/08/2022

Kami mendukung rencana memindahkan keramaian Pedestrian Sudirmna ke tempat lain. Pedestrian Sudirman yang digelar setiap malam di akhir pekan sudah tidak terkendali lagi dan menjadi semrawut.

Dalam usulan yang kami sampaikan pertama kali sekian tahun lalu saat proyek LRT baru dimulai dan menutup Sebagian ruas jalan Jenderal Sudirman, ruas jalan yang ditutup itu dimanfaatkan sebagai ruang publik dimana warga bisa menikmati suasana kota di malam hari.

Suasana yang ditawarkan adalah sensasi nongkrong di jalan utama yang lebar di pusat kota yang biasanya ramai di siang hari. Pemandangan kota di malam hari dengan kerlap kerlip lampu menjadi pelengkap experience yang ditawarkan. Kondisi jalannya pun memungkinkan.

Selain telah ditutup oleh pembangunan LRT, ruas jalan antara Cinde dan perempatan International Plaza memiliki jalan yang mulus, trotoar bagus, dan pepohonan rindang. Penerangan jalan pun tersedia memadai.

Gerobak makanan dan meja-kursi akan digelar di jalan sedangkan trotoar dibiarkan sebagai tempat warga lalu Lalang. Pengamen dipersilahkan bernyanyi tetapi hanya di tempat yang telah ditentukan sehingga dia tidak bisa berpindah-pindah, cukup bernyanyi di lapaknya masing-masing. Jarak antar pengamen diatur agar suara mereka tidak tumpang tindih. Suasana yang hendak diciptakan adalah suasana yang cozy, suasana yang enak untuk nongkrong sambil ngobrol dengan teman, menyesap kopi, dan melihat kerlap-kerlip lampu kota yang memanjang sampai ke Jembatan Ampera.

Toko-toko yang ada diharapan tetap membuka toko mereka sampai malam agar suasana menjadi lebih semarak. Keramaian Sudirman di malam hari diharapkan bermanfaat bagi para pemilik toko, selain makan dan minum, pengunjung juga bisa berbelanja di toko-toko itu. Tidak ada yang salah dengan membeli spare part motor jam 7 malam, transaksi seperti itu tidak melanggar norma hukum apapun, baik hukum agama maupun hukum negara. Itu hanya mengenai pola pikir saja.

Rencana itu lalu dikembangkan dari satu ruas ke ruas lainnya, yakni dari International Plaza sampai ke Martabak HAR di muara jalan Rustam Effendi. Ternyata usul kami diterima dan di-eksekusi oleh Pemkot Palembang melalui Dinas Pariwisata dan diberi nama Pedestrian Sudirman. Tapi hanya sampai disitu keterlibatan kami, hanya sebagai pengusul.

Kini kami mendukung Pedestrian Sudirman dipindahkan.

Tempat makan yang seharusnya menjadi pusat warga berkumpul dan bercengkrama tersisihkan dari jalur utama oleh lapak berbagai pedagang. Warga penuh sesak berbelanja, sementara warga lain berjalan berimpitan di antara berbagai lapak yang digelar tidak beraturan. Suara musik menggelegar dari berbagai lapak komunitas yang jaraknya berdekatan. Suara speaker mereka tumpeng tindih dan pada akhirnya, bukan menghibur tetapi malah menyiksa telinga.

Orang-orang yang seharusnya bisa ngobrol santai kini harus berbicara sampai urat lehernya terlihat agar suara mereka terdengar oleh lawan bicara.

Sebelum menjadi lebih semrawut lagi sebaiknya memang dipindahkan saja. Biarkan kehidupan malam di jalan Jenderal Sudirman berkembang secara alami.

Saat ini mulai muncul pedagang makanan di sisi selatan jalan itu. Antara sebuah gerai minimarket dan restoran martabak HAR. Mereka buka setiap malam dan diminati oleh warga Palembang. Warga senang dengan suasana yang asik di tepi jalan. Suasananya cukup tenang sehingga bisa bicara dengan santai bersama teman, duduk di bawah pohon rindang di tepi jalan, sambil makan dan minum tetap bisa melihat lalu Lalang kendaraan. Experience kota besar yang mereka dambakan.

Para pedagang ini cukup didorong untuk terus menjaga kebersihan dan ketertiban. Mereka harusnya diajak membuat kesepakatan tertulis dengan materai bahwa mereka boleh tetap berjualan di Sudirman selama mereka mampu menjaga kebersihan. Dinas terkait bisa membantu menyediakan kantong sampah selama waktu tertentu. Para pedagang juga diminta untuk urunan uang kebersihan untuk diberikan langsung kepada para petugas kebersihan berseragam kuning yang datang setiap malam.

Bila belum mampu memberikan nafkah kepada warga, sebaiknya pemerintah jangan melarang warga mencari nafkah. Merangkul dan saling mendorong-mengingatkan akan menjadi pilihan yang lebih baik.

Mengenai lokasi baru bagi pedagang-penampil eks Pedestrian Sudirman, beberapa tempat bisa menjadi pilihan.

Plaza BKB adalah pilihan yang pertama. Plaza BKB memiliki lapangan yang luas dan menawarkan empat pemandangan sekaligus, Benteng Kuto Besak, Jembatan Ampera, Sungai Musi, dan Patung Belido. Plaza ini bisa menampung banyak orang dan suara musik yang menggelegar hanya akan mengganggu ikan di Sungai. Keberadaan tangsi militer akan mempermudah usaha mengendalikan pedagang/penampil disana.

Pilihan kedua adalah Gudang Buncit. Gudang Buncit memiliki ruang yang cukup untuk menampung banyak orang dengan pemandangan Sungai Musi, Jembatan Ampera, dan Jembatan Musi 6.

Pilihan ketiga dan terakhir adalah di Jalan Masjid Lama, antara Bank Danamon sampai Lorong Basah. Lokasinya di pusat kota dekat dengan jalan utama. Pemindahan kesini juga bisa membantu memperpanjang nafas LBNC.

Apapun pilihannya nanti, bahkan bila dipindahkan ke tempat di luar usulan di atas, semoga pengelola Pedestrian Sudirman versi baru nanti mampu mengendalikan secara penuh setiap pihak yang terlibat, dengan begitu diharapkan Pedestrian Sudirman yang baru nanti lebih tertib dan lebih nyaman untuk dinikmati.

Demikianlah tulisan ini dibuat dengan penuh kasih, dengan harapan dapat bermanfaat bagi segenap umat manusia.

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Mengenai Robby Sunata
November 2020
M T W T F S S
 1
2345678
9101112131415
16171819202122
23242526272829
30  
« Jul   Dec »
  • April 2025
  • March 2025
  • February 2025
  • January 2025
  • October 2024
  • August 2024
  • July 2024
  • June 2024
  • May 2023
  • November 2022
  • August 2022
  • May 2022
  • March 2022
  • February 2022
  • January 2022
  • December 2021
  • August 2021
  • July 2021
  • February 2021
  • January 2021
  • December 2020
  • November 2020
  • July 2020
  • June 2020
  • May 2020
  • April 2020
  • March 2020
  • February 2020
  • May 2017
  • March 2017
  • January 2017
  • November 2016
  • October 2016
  • September 2016
  • August 2016
  • May 2016
  • March 2016
  • January 2016
  • November 2014
  • April 2014
  • March 2014
  • January 2014
  • May 2010
©2025 Kisah Kecil dari Palembang | WordPress Theme by Superbthemes.com