Beredar informasi bahwa gedung tua nan klasik di Kawasan Kuto Besak telah dikembalikan oleh pihak ketiga sebagai pengelolanya kepada Pemerintah Kota Palembang. Gedung ini adalah Gedung eks kantor Polisi Pamong Praja dan terakhir dimanfaatkan sebagai restoran dan dikelola oleh pihak swasta dengan nama KBTR.
Setelah dikembalikan kepada Pemerintah Kota Palembang maka gedung ini menjadi kosong tanpa pengelola. Lalu bagaimana baiknya nasib Gedung ini ke depan?, ini usulannya.
Beberapa tahun yang lalu kami pernah dimintai oleh Kepala Dinas Kebudayan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan untuk menyiapkan pembentukan Komite Kota Kreatif di Palembang. Setelah berdiskusi dengan Badan Ekonomi Kreatif RI, mereka siap membantu dan menyarankan beberapa hal, salah satunya adalah menyiapkan semacam tempat berkumpul bagi insan kreatif Palembang.
Setelah berdiskusi dengan rekan-rekan di dinas dan luar dinas, beberapa Gedung tua asset Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menjadi pilihan, salah satunya adalah Gedung eks Museum Tekstil. Tetapi kandidat favorit adalah bangunan milik Pemerintah Kota Palembang, yaitu Gedung KBTR. Penggunaan gedung ini juga akan sesuai dengan tingkat administrasinya, bahwa Komite Kota Kreatif Palembang berkantor di bangunan milik Kota Palembang sendiri, bukan milik Provinsi Sumatera Selatan.
Sayangnya kami tidak bisa terus melanjutkan rencana pembentukan Komite Kota Kreatif Palembang karena memutuskan menerima tawaran kerja di ibukota. Gedung KBTR pun saat itu sepertinya sudah dalam pengelolan pihak ketiga, sehingga mimpi mempergunakannya sebagai pusat kegiatan pemajuan dunia kreatif di Palembang pun pupus. Dari tanah Betawi kami cukup senang dengan hanya mendengarkan perkembangan pembentukan Komite Kota Kreatif di Palembang.
Waktu berlalu dan kini kami mendengarkan informasi bahwa bangunan KBTR telah kosong sehingga angan-angan agar bangunan itu bisa dimanfaatkan untuk kegiatan insan kreatif Palembang kembali muncul.
Gedung ini terletak di tengah Kawasan kota tua, tepatnya berseberangan dengan dinding barat Kuto Besak, landmark kota Palembang. Punya halaman luas, gedung ini dikelilingi oleh sejumlah pohon besar yang memberi keteduhan yang cukup di sekelilingnya. Bangunan utamanya berupa sebuah ruangan besar tanpa sekat dengan sebuah panggung di sisi utaranya. Pada bagian selatannya terdapat ruang penerimaan tamu dengan teras besar di depannya.
Lokasinya yang berada di tengah kota membuat KBTR mudah dijangkau dari berbagai pelosok kota. KBTR juga mudah dikenali oleh banyak orang dan bentuknya yang unik membuatnya menarik dan mudah diingat oleh orang-orang yang melihat.
KBTR sangat cocok untuk kegiatan kreatif. Panggungnya bisa digunakan untuk menampilkan tari-tarian, musik tradisi, musik modern, dul muluk, dan lain-lain. Ruang luasnya bisa dimanfaatkan menjadi galeri sementara untuk pameran fotografi bertema, pameran berbagai produk kriya, dan sejenisnya.
Halamannya yang teduh sangat sesuai menjadi lokasi ngobrol santai tentang isu-isu sosial budaya dan pemberdayaan generasi muda. Bisa juga dimanfaatkan sebagai ruang berkegiatan bagi komunitas-komunitas yang kerap memanfaatkan taman kota.
Ada banyak hal lain yang bisa dilakukan oleh insan kreatif Palembang di KBTR, yang kami tuliskan di atas hanyalah sebagian kecil yang sempat terpikirkan saat sedang menulis artikel ini.
Agar dapat dimanfaatkan secara luas oleh berbagai pihak seperti contoh diatas, Pemerintah Kota Palembang sebaiknya mempercayakan pengelolaan KBTR kepada masyarakat. Pengelolaan oleh masyarakat akan menghilangkan sekat birokrasi yang kerap menjadi momok masyarakat dan juga dapat membantu meringankan beban anggaran Pemerintah Kota Palembang.
Masyarakat melalui berbagai komunitas bisa membentuk satu badan bersama yang akan menjadi pengelola KBTR. Pengelolaan bersama seperti ini akan mencegah satu kelompok/komunitas merasa berhak atas KBTR dan mengatur pemanfaatannya secara otoriter. Kebersamaan dan Kolaborasi harus menjadi nilai yang dihidupkan dan dikembangkan dalam pengelolaan KBTR.
Wadah pengelola akan bertanggung jawab atas pengelolaan dan juga perawatan minimal yang dibutuhkan oleh KBTR sehingga tidak akan terlalu membebani keuangan Pemerintah Kota Palembang. Dana untuk perawatan bisa didapatkan oleh wadah pengelola KBTR melalui beragam cara yang dapat dibicarakan secara bersama oleh komunitas-komunitas di Palembang.
Kenapa Pemerintah Kota Palembang sebaiknya menyerahkan pengelolaan KBTR kepada masyarakat?
Pemerintah Kota Palembang telah berencana memindahkan semua kantor dinas-dinasnya ke Kawasan Keramasan, sehingga cepat atau lambat, berbagai bangunan di pusat kota Palembang akan ditinggalkan dan kosong. Karena itu tidak perlu terburu-buru memindahkan kantor salah satu dinas ke KBTR karena pada akhirnya akan dipindahkan lagi ke Keramasan. Sikap sabar ini akan menghilangkan pos anggaran biaya pindah kantor sehingga anggaran milik dinas tersebut bisa dipusatkan untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Alasan kedua adalah bahwa KBTR adalah bangunan yang berpotensi Cagar Budaya dan terletak di dalam Kawasan Kota Pusaka Palembang sehingga harus dijaga kelestariannya dan dimanfaatkan secara maksimal bagi masyarakat. Salah satu cara pemanfaatannya adalah dengan dijadikan sebagai destinasi wisata heritage unggulan di kota Palembang yang bisa dimasuki oleh turis. Itu akan membuat KBTR dikunjungi oleh banyak wisatawan lokal dan nasional dan bisa memberi pemasukan kepada PAD Kota Palembang dari sektor pariwisata dan hospitaliti yang terkait.
KBTR sebagai destinasi wisata tidak akan terwujud bila bangunan itu menjadi kantor suku dinas dibawah Pemkot Palembang.
Apakah turis akan mau berkunjung ke KBTR?
Pada tahun 2017 sebuah kolektif edukasi warisan budaya bernama SCB pernah mengajak warga Palembang untuk melihat bagian dalam dari bangunan eks kantor Jacobson van den Berg. Acara sederhana ini ternyata diminati oleh banyak orang dan pada hari pelaksanaannya berhasil mengumpulkan lebih dari 130 peserta. Dipandu oleh Sejarawan Partikelir Yudhy Syarofie, para peserta memasuki bangunan tersebut secara bergiliran. Diantara ratusan peserta itu terdapat beberapa warga Jakarta yang khusus datang hanya untuk ikut serta acara yang dilaksanakan oleh komunitas Sahabat Cagar Budaya tersebut.
Gedung eks kantor Jacobson van den Berg ini berada tepat di sisi barat gedung KBTR, hanya terpisah oleh Jalan Sekanak. Jika bangunan kantor sederhana bisa menarik orang seramai itu maka bisa dibayangkan sebanyak apa orang yang akan bersedia mengunjungi bangunan yang lebih kaya cerita seperti KBTR.
Alasan ketiga dan terakhir, proses kreatif yang dilakukan anak muda Palembang telah terjadi di berbagai kedai kopi, kafe, pinggir jalan, dan tempat-tempat lain di Palembang tetapi sebuah ruang pamer yang layak bagi ide-ide kreatif bukan hanya akan membantu citra kota tetapi juga akan menjadi pendorong kuat bagi perkembangan industri kreatif yang pada akhirnya akan memberi kontribusi kepada PAD kota tepi Sungai Musi ini.
Tiga alasan itu sudah cukup untuk menjadi pertimbangan bagi para pemangku kebijakan di kota berusia 13 abad ini.
Lalu, apa yang membuat insan kreatif di Palembang layak mendapatkan kepercayaan untuk mengelola KBTR?
Indonesia saat ini memiliki 3 sektor ekonomi prioritas, yakni pengolahan, pertanian, dan pariwisata. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sendiri gencar mendorong pengembangan 17 sub-sektor ekonomi kreatif. 17 sub-sektor itu adalah desain interior, kriya, pengembangan permainan elektronik, musik, seni rupa, desain produk, fesyen, kuliner, film/animasi/video, fotografi, desain komunikasi visual, televisi/radio, arsitektur, periklanan, seni pertunjukkan, penerbitan, dan aplikasi.
Jika berkembang dengan baik, industri kreatif dapat memberi kontribusi positif kepada PAD dan citra kota Palembang, seperti yang industri kreatif telah berikan selama puluhan tahun kepada Bandung dan Yogyakarta.
Palembang telah menyaksikan sejumlah bakat terbaiknya meninggalkan Palembang untuk mengejar karir dalam industri kreatif. Nama yang paling dikenal tentu saja band Armada. Nama-nama lain lebih memilih hijrah ke Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Denpasar untuk mengejar mimpi mereka dalam industri kreatif. Jika ini terus terjadi maka Palembang akan kehabisan bakat handal yang seharusnya bisa membantu membangun kota Palembang yang lebih kreatif dan maju sehingga mampu bersaing dengan kota-kota lain dalam industri kreatif.
KBTR memiliki atmosfer yang pas untuk merawat proses kreatif dan insan kreatif Palembang memiliki ide yang melimpah untuk mengembangkan dan memanfaatkan KBTR. Dalam beberapa hal, insan kreatif Palembang dan KBTR adalah jodoh yang harus dipertemukan. Keduanya dapat menjadi pasangan yang serasi yang membina hubungan yang bersifat positif dan produktif yang pada akhirnya akan memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat Palembang.
Demikianlah tulisan ini dibuat, semoga dapat memberi kebaikan bagi khalayak ramai.