Dalam tulisan ini kami akan memberikan sejumlah koreksi atas keterangan yang dicantumkan atas beberapa foto lama Kota Palembang atau yang dianggap dari Palembang. Tujuan tulisan ini adalah sebagai usaha kecil kami untuk mempertajam akurasi narasi atas masa lalu Kota Palembang.
Beberapa waktu yang lalu kami mengunjungi sebuah pameran yang diadakan oleh salah satu kampus di Palembang. Pameran ini dilaksanakan di dalam salah satu mall di kota tepian air ini. Kami mendapati sejumlah foto yang baru pertama kami lihat dan itu sangat membuat kami senang. Sayangnya beberapa foto lain diberi keterangan yang kurang akurat.
Seperti foto yang diberi keterangan sebagai lokasi eksplorasi minyak di Plaju pada tahun 1920 ini.
Kami sedikit kesulitan mendapatkan posisi yang tepat saat mengambil gambar ini tetapi di dalam foto yang dipamerkan tampak rupa bumi yang berbukit dengan beberapa menara kayu yang menjulang diantara pepohonan. Tampak pula jalan tanah yang berkelok-kelok di bagian depan dan hutan lebat di bagian belakang.
Masalah dengan keterangan yang tertera pada foto itu adalah bahwa Plaju bukanlah lokasi pengeboran minyak. Plaju adalah rawa-rawa yang ditimbun untuk menjadi lahan kering tempat membangun tangki penampungan minyak dan perumahan bagi para karyawan yang mengelolanya. Tangki-tangki ini mendapatkan isinya dari berbagai lokasi pengeboran minyak di daerah Muara Enim. Dari sana, minyak dialirkan melalui jaringan pipa ke kilang minyak yang berada di Plaju.
Dengan demikian, tidak mungkin ada perbukitan, hutan, dan pengeboran minyak di Plaju.
Lalu ada pula foto yang diberi keterangan sebagai jalan Pasar 16 di tahun 1955. Foto ini cukup mudah ditemukan dalam koleksi daring milik Universitas Leiden atau KITLV. Dalam koleksi mereka, foto ini diberi tahun perkiraan sekitar 1900. Pasar 16 sendiri pada tahun 1955 sudah memiliki bangunan yang cukup besar dan ramai, tidak berupa deretan ruko sederhana yang sepi seperti di dalam gambar.
Lalu ada foto lain yang juga diberi keterangan sebagai jalan Pasar 16 di tahun 1955. Foto ini menunjukkan deretan perahu kajang yang berlabuh di sebuah los pasar yang berdiri di atas semacam daratan yang ditahan oleh turab. Pasar yang ada di dalam foto ini sesungguhnya adalah Pasar Sekanak.
Bangunan besar bewarna putih yang berada di bagian latar belakang foto ini muncul di dalam foto lain yang diambil dari atas bangunan menara air yang sekarang menjadi kantor Walikota Palembang. Berdasarkan lokasinya di dalam foto dari menara air ini, bangunan putih itu berada di Pasar Sekanak sekarang. Dengan begitu dia bisa dijadikan sebagai bangunan penanda untuk mengenali lingkungan Palembang di dalam foto lama lainnya.
Pasar ketiga yang muncul adalah Pasar Cinde. Dalam sebuah foto yang dipamerkan, tampak semacam deretan toko satu lantai di bagian depan dengan sebuah bangunan putih bertingkat di bagian belakang. Pada bagian keterangan ditulis ‘Pasar Cinde tahun 1935’. Masalah dengan keterangan ini adalah bahwa pada tahun itu Pasar Cinde belum hadir ke dunia yang fana ini.
Pasar Cinde baru dibangun pada tahun 1958 di seberang pasar yang lebih dulu ada, yaitu Pasar Lingkis. Pada tahun 1935, daerah yang sekarang dikenal sebagai Pasar Cinde adalah lahan kosong berilalang dengan beberapa makam yang tersebar di dalamnya. Belum ada bangunan apapun yang dapat dikenali sebagai pasar.
Sebuah foto lain memberi gambaran sebuah jalan ramai yang terbentang diantara dua deret bangunan besar di kanan dan kirinya. Foto yang menarik ini diberi keterangan sebagai ‘Foto Suasana Palembang Jaman Dahulu’. Jika itu benar foto Palembang di masa lalu maka Palembang sekarang pastilah sudah sebesar Bandung, atau bahkan lebih.
Sayangnya, foto itu bukanlah foto Palembang di masa dulu. Foto yang dipajang dan dilabeli ‘Palembang’ itu sesungguhnya adalah foto jalan besar di Bandung, Jawa Barat.
Di dalam foto itu terdapat sebuah bangunan dengan beberapa payung di halaman depannya, bangunan ini adalah sebuah restoran dan toko kue yang Bernama Maison Bogerijn. Maison Bogerijn didirikan pada tahun 1923 di sebuah jalan yang kini dikenal sebagai Jalan Braga, di Bandung, Ibukota Jawa Barat. Restoran terkemuka di masanya ini tidak memiliki cabang di kota lain, oleh karena itu tidak mungkin menemukan restoran yang sama di Palembang. Sekarang Maison Bogerijn telah berganti nama menjadi ‘Braga Permai’ dan menjadi tujuan wisata kuliner nostalgia di kota kembang.
Selain Bangunan Maison Bogerijn, setidaknya ada dua hal lain yang bisa dijadikan penanda bahwa foto tersebut tidak diambil di Palembang. Tetapi untuk saat ini kita cukupkan dahulu disini.
Tidak semua foto yang mirip dengan bangunan di Palembang adalah foto yang benar-benar diambil di Palembang, seperti foto terakhir ini.
Hanya karena sekilas mirip dengan menara Masjid Agung Palembang bukan berarti bangunan yang ada dalam foto ini adalah Masjid Agung Palembang. Menara Masjid Agung Palembang lebih lebar dan berukuran nyaris sama di tiap tingkatnya. Bagian atapnya tidak pernah berbentuk kerucut dan tidak pernah ada pohon kelapa yang tumbuh begitu dekat dengan dirinya.
Tidak semua foto yang dilabeli kata ‘Palembang’ benar-benar diambil di Palembang. Petugas museum di Belanda belum tentu pernah ke Palembang sehingga keakuratan mereka dalam menandai foto-foto lama harus dikritisi dan tidak bisa ditelan bulat-bulat.
Tapi tentu saja kami bukanlah sumber kebenaran, jika teman-teman yang budiman menemukan informasi yang bisa menyanggah isi tulisan ini, maka kami dengan terbuka menerimanya.
Kami sangat senang dengan adanya pameran foto-foto lama Palembang di pusat keramaian seperti Mall. Tetapi keakuratan informasi harus dijaga dengan ketat sehingga pesan yang diterima oleh warga Palembang adalah pesan yang terpercaya dan dapat diandalkan. Warga Palembang perlu mendapatkan informasi yang akurat karena merekalah sesungguhnya tenaga pemasar kota Palembang, marketer asli dan alami yang akan menjual Palembang kepada sirkel mereka di mana saja di luar Palembang.
Mari kita sama-sama majukan kota tercinta, tidak perlu muluk-muluk dengan hal besar, cukup dengan hal kecil saja tetapi dilakukan secara konsisten. Misalnya, dengan selalu berusaha memberikan informasi kecil yang akurat kepada teman-teman.