Ketika mengamati peta lama, ada beberapa nama yang menarik mata, salah satunya adalah tempat bernama ‘Lucapara’.
‘Lucapara’ adalah nama yang diberikan oleh pembuat peta dari eropa untuk sebuah pulau kecil yang berada di ujung selatan Selat Bangka. Pulau ini hampir separuh jalan antara daratan Sumatera dengan daratan Bangka. Setelah dibandingkan dengan peta modern, maka kita mendapati bahwa pulau ‘Lucapara’ dalam peta lama adalah pulau yang saat ini dikenal sebagai Pulau Maspari.
Pulau Lucapara hanyalah pulau kecil, tidak menghasilkan rempah-rempah, juga tidak memiliki tambang, tidak ada pula perkebunan yang penting bagi perdagangan, lalu mengapa pulau kecil bisa masuk ke dalam peta?
Nama ‘Lucapara’ tercantum dalam peta keluaran Eropa pada tahun 1654, 1662, 1680-an, dan 1700. Sebagai pembanding, dalam peta yang sama, nama-nama daerah penting dan luas di daerah pedalaman seperti Rejang, Pasemah, dan Kerinci tidak tercantum. Jadi, apa yang membuat Lucapara alias Maspari bisa masuk peta?
Hal yang perlu diingat adalah bahwa orang-orang Eropa pertama yang datang ke Asia Tenggara adalah para Pedagang. Dalam perjalanan dagang antar benua ini, mereka diantar oleh para Pelaut yang menjadi Nahkoda kapal dagang. Karena itu, peta yang dibuat di masa itu harus memenuhi informasi yang dibutuhkan oleh para Pedagang dan Pelaut.
Berbagai nama lokasi Pelabuhan dagang dan wilayah penghasil komoditas dagang seperti rempah-rempah sudah pasti tercantum di dalam peta. Hal itu dilengkapi dengan informasi mengenai tempat-tempat untuk mengambil air tawar, memperbaiki kapal, dan penanda navigasi. Mungkin dalam kategori terakhir inilah mengapa nama pulau super kecil seperti ‘Lucapara’ bisa masuk ke dalam peta-peta klasik.
Jauh sebelum itu, lokasi lain di ujung utara Selat Bangka juga menyediakan fungsi yang sama, menjadi penanda arah bagi para pelaut kuno. Bagi para pelaut yang datang dari Selat Melaka dan laut Natuna Utara menuju ke selatan, Gunung Menumbing di ujung barat laut Pulau Bangka adalah penanda bahwa mereka telah hampir tiba di Palembang, ibukota Kadatuan Sriwijaya.
Ketika telah melihat Menumbing, maka mereka hanya perlu berbelok ke arah barat dan masuk ke Sungai Musi dan lalu menghulu sekitar 100 km untuk sampai ke kota kuno tersebut.
Peran sebagai penanda arah yang disediakan oleh Gunung Menumbing juga disediakan oleh Pulau Lucapara.
Jika menilik posisinya di mulut sebelah selatan Selat Bangka, maka Lucapara sepertinya menjadi penanda bagi kapal-kapal yang baru keluar dari Selat Bangka untuk segera memutuskan arah pelayaran mereka, apakah terus lurus ke selatan atau berbelok ke timur.
Jika memutuskan untuk tetap lurus, maka kapal tersebut akan terus menyusuri pesisir timur Pulau Sumatera bagian selatan dan pada akhirnya masuk ke Selat Sunda, dari sana mereka berbelok ke timur dan berlabuh ke Banten atau berbelok ke barat dan masuk ke Samudra Hindia. Jika memutuskan untuk berbelok ke timur, maka mereka bisa menuju ke berbagai Pelabuhan yang berada di pesisir utara Pulau Jawa dan di pesisir selatan Pulau Kalimantan.
Sebaliknya, kapal-kapal yang datang dari arah Jawa dan Kalimantan dan hendak menuju Palembang bisa menjadikan Pulau Lucapara sebagai penanda bahwa mereka telah berlayar ke arah yang benar. Ketika melihat pulau tersebut, mereka tinggal berbelok ke arah utara dan memasuki Selat Bangka.
Jika hendak dicarikan pembandingnya, maka peran Pulau Lucapara pada transportasi laut kurang lebih setara dengan peran Bundaran Air Mancur Palembang pada transportasi darat.
Cerita lain menyebutkan bahwa di Pulau Lucapara ini terdapat sebuah sumber mata air tawar. Jika cerita ini benar maka peran Pulau Lucapara menjadi semakin penting. Bukan hanya sebagai penanda arah, kapal-kapal pun bisa berhenti sebentar untuk mengambil air tawar. Air tawar ini akan menjadi bekal yang sangat berharga bagi para pelaut yang akan berlayar selama berhari-hari menuju Jawa dan Kalimantan.
Demikianlah uraian seadanya tentang Pulau Lucapara. Mengenai perubahan bunyi dari ‘Lucapara’ menjadi ‘Maspari’ biarlah menjadi tugas para Ahli Bahasa alias Linguist untuk menjelaskannya. Kami yang masih awam ini hanya mampu menulis seperti ini saja. Semoga bermanfaat.