Media sosial adalah tempat bergaul dan itu baik, tapi media sosial bukan tempat yang tepat untuk mengambil rujukan, apalagi rujukan untuk hal penting seperti sejarah sebuah kota
Hari ini saya menghadiri Rakernas IX Jaringan Kota Pusaka ke-9 di Palembang. Beberapa hal menark terjadi selama acara tapi untuk tulisan awal ini kami sajikan satu hal yang paling menarik pagi ini, yaitu kekeliruan mengira bangunan lama ada di Palembang padahal adanya di kota lain.
Bangunan yang dimaksud adalah bangunan Hotel Centrum.
Pada sebuah papan display yang berisi beberapa foto hitam-putih tentang Palembang, terdapat sebuah foto yang diberi keterangan ‘Poto hotel centrum fork de kock a modern building 1930 dikuti dari pinterest’.
Bagi pengunjung yang awam, mereka akan mengira bahwa foto ‘hotel centrum fork de kock’ ini lokasinya berada di Palembang. Sayangnya itu bukan. ‘hotel centrum fork de kock’ bukan berada di Palembang.
Bangunan bekas Hotel Centrum ini berada di kota Bukittinggi, Sumatera Barat, dan berada cukup dekat dengan benteng Fort De Kock. Sempat berganti nama menjadi Hotel Merdeka, bangunan ini sempat menjadi kantor sementara PT Pos Bukittinggi. Kini bangunan ini menjadi bangunan kosong.
Kabar baiknya adalah bangunan bekas Hotel Centrum ini sekarang telah dicatat sebagai bangunan cagar budaya di Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumbar dengan nomor inventaris 14/BCB-TB/A/02/2007.
Dengan demikian, bangunan bekas Hotel Centrum ini adanya di Bukittinggi, bukan di Palembang.
Tulisan ini dibuat agar teman-teman di Palembang bisa mendapatkan informasi yang benar mengenai kota mereka.
Ilmu yang baik akan menunjukkan jalan, bukan menyesatkan.
Ulasan yang bagus dan cerdas. Ditunggu ulasan berikutnya. Dapat informasi dari teman-teman wartawan yang ada di lokasi, mereka kecewa. “Ini acara JKPI, tapi kok gak ada cagar budayanya ya? “