Alfred Russel Wallace adalah seorang Naturalis berkebangsaan Inggris yang bersama Charles Darwin berkontribusi besar untuk perkembangan teori evolusi. Wallace berkelana ke beberapa bagian dunia untuk melakukan penelitian lapangan, salah satu tempat yang dia kunnjungi adalah Kepulauan Asia Tenggara.
Wallace berada di Kepulauan Melayu selama kurang lebih 8 tahun, mulai dari 1854 sampai 1862. Selama masa itulah dia meneliti di Kalimantan, Jailolo, dan Jawa dimana dia berhasil mengumpulkan banyak contoh hewan eksotik kepulauan Melayu yang akan membantu membentuk pendapatnya tentang evolusi makhuk hidup.
Setelah selesai meneliti di sisi barat pulau Jawa, Wallace berencana melajutkan penelitiannya ke Palembang di sisi selatan Pulau Sumatera. Wallace berangkat ke Palembang melalui Batavia dengan menumpang sebuah kapal uap. Pada tanggal 8 november 1861 Alfred Russel Wallace akhirnya tiba di Palembang.
Setibanya di Palembang Wallace mengamati bahwa sebagian besar kota di tepi Sungai Musi itu dipenuhi air karena sedang berada dalam musim penghujan. Sementara bagian yang kering telah menjadi ladang. Palembang juga memiliki beberapa bukit, salah satunya adalah Bukit Seguntang. Kisah pertemuan Wallace dengan penunggu bukit Seguntang ada disini.
Meski telah berusaha mencari di berbagai lokasi, tetapi Wallace tidak berhasil menemukan tempat yang tepat untuk berburu serangga dan hewan lain di Kota Palembang. Warga setempat lalu memberi saran agar Wallace pergi lebih jauh ke arah hulu untuk menemukan tempat ideal yang dia cari. Daerah hulu yang dimaksud ini berada jauh di sebelah barat Palembang, di daerah yang sekarang menjadi Kabupaten Banyuasin, Musi Banyuasin, dan dan Musi Rawas. Untuk sampai kesana, Wallace memilih menempuh jalan darat.
Jalan darat ini dibangun di sisi sebelah utara Kota Palembang dan bermula di sebuah kampung kecil yang bernama Talang Lorok. Talang Lorok ini sekarang berada dalam wilayah administrasi Kota Palembang yang bernama ‘Lorok Pakjo’. Letak persisnya kurang lebih ada di sekitar pangkal jalan Sumpah Pemuda sekarang.
Untuk sampai ke Lorok, Wallace dan rombongan butuh waktu sehari penuh berjalan kaki dari Kota Palembang. Ketika sampai di Lorok dia mendapatkan kabar bahwa situasi lingkungan di perjalanan selama berhari-hari ke depan akan sama basahnya dengan situasi yang ada di Palembang sehingga tidak memungkinkan dirinya untuk merambah hutan di sana. Kabar itu membuat Wallace membatalkan niatnya untuk melanjutkan perjalanan dari Lorok.
Untungnya warga Palembang memberi saran kepada Wallace agar pergi ke tempat lain yang lebih kering dan letaknya cukup dekat, tempat itu adalah Rambang. Kisah perjalanan Wallace ke Rambang ada disini.
Meski batal memulai petualangannya dari Lorok, tetapi penyebutan nama ‘Lorok’ oleh Alfred Russel Wallace adalah sesuatu yang penting. Hal itu membuat Talang Lorok menjadi salah satu tempat tertua di darat Kota Palembang yang disebut dalam sejarah. Keberadaan Talang Lorok sudah terekam buktinya sejak November 1861, yang membuat Lorok akan merayakan usianya yang ke-162 tahun pada November 2023 ini.
Pada masa setelah kedatangan Wallace, Talang Lorok masih menjadi tempat yang penting. Pada sekitar tahun 1910 pemerintah pendudukan Belanda membangun sebuah jalan dari pusat kota Palembang menuju ke Talang Lorok.
Sayangnya Wallace tidak memberikan gambaran mengenai bagaimana kehidupan berlangsung di Talang Lorok seperti dia menggambarkan kehidupan Muara Dua dan Lubuk Raman di Rambang. Tetapi setidaknya Lorok sekarang telah menempatkan namanya dalam sejarah Palembang sebagai salah satu nama tempat tertua di sisi daratnya.
Demikianlah kisah mengena Talang Lorok yang pernah disinggahi oleh tokoh kenamaan dunia. Semoga ini bisa membuat warga Lorok menjadi bangga. Isi dari tulisan ini disarikan dari buku kisah perjalanan Alfred Russel Wallace di dunia Melayu.
1 thought on “Lorok Pakjo, Kampung Tertua di Palembang Darat”