Skip to content
Menu
Kisah Kecil dari Palembang
  • Masa Lalu
  • Masa Kini
  • Gagasan
Kisah Kecil dari Palembang
Melayu pesisir timur sumatera tulung selapan

Melayu di Pesisir Timur Sumatera

Posted on 29/06/202429/06/2024

Melayu adalah nama tempat yang penting dalam sejarah Asia Tenggara sehingga menarik untuk ditelusuri dimana awal mula keberadaannya.

Tahun 644 nama Melayu dicatat oleh Kekaisaran Cina sebagai salah satu pelabuhan yang mengirim hadiah pada kaisar. 27 tahun kemudian I-tsing datang ke Palembang (saat itu dikenal sebagai Foshi oleh orang Cina) lalu mampir ke Melayu. hal menunjukkan dua tempat ini berkembang dalam masa yang sama, bahkan pada satu titik, Palembang membuat Melayu menjadi bagiannya, seperti kesaksian I-Tsing sendiri.

Tidak banyak kerajaan-pelabuhan di kepulauan Asia Tenggara pada masa itu yang mampu mengirim utusan ke Kekaisaran Cina. Pelayaran akan melalui laut terbuka luas dan berlangsung 15 sampai 30 hari.

Dari daftar pengirim hadiah yang diterima oleh Kekaisaran Cina sejak abad ke-1 sampai ke-7 masehi, nama-nama kuno yang berhasil diidentifikasi berasal dari Kepulauan Asia Tenggara berada di sekitar selat Sunda, baik di pesisir timur Sumatera bagian Selatan, maupun di sisi utara pulau jawa bagian barat dan tengah. Sehingga Melayu pun baiknya dicari di sekitar tempat itu.

Wilayah yang disebut di atas berada di pesisir laut, posisi yang memudahkan bagi perdagangan kuno yang sangat bergantung pada tiupan angin yang berubah setiap musim berganti. Dengan berada di pesisir, ketika angin yang ditunggu-tunggu tiba, seketika itu juga kapal dagang bisa langsung berangkat menuju Cina atau India.

Dari Jawa, kapal layar akan dibawa angin menuju ke pesisir timur Sumatera bagian Selatan, masuk ke Selat Bangka, melewati bukit Menumbing lalu masuk ke laut Natuna dan berlayar menuju Cina. Jika hendak ke India, maka kapal dari Jawa akan masuk ke Selat Sunda lalu menyusuri pesisir barat Pulau Sumatera ke arah utara lalu menyebrangi lautan menuju India.

Posisi yang strategis itu membuat kedua sisi Selat Sunda menjadi tempat yang ramai sejak masa kuno, dibuktikan dengan banyaknya situs dari awal masehi di kedua sisi selat sunda, ada Batu Jaya dan Kerajaan Tarumanegara di sisi timurnya dan ada Karang Agung, Air Sugihan, dan Tulang Bawang di sisi baratnya. Dugaan kami, Melayu tidak berada jauh dari kedua tempat ini, masih di dekat Selat Sunda dan sebelum Selat Bangka.

arah angin menuju pesisir timur sumatera
Arah hembusan angin di sebelah barat Indonesia pada bulan Juli. Tampak angin di pantai utara Jawa berhembus ke arah pesisir timur Pulau Sumatera bagian selatan. (Accuweather)

Cha Ju Kua adalah petugas Pelabuhan di Kekaisaran Cina yang pada abad ke-13 menulis buku tentang perdagangan yang didalamnya terdapat kata Molonu. Dia menggambarkan Molonu sebagai sekelompok orang yang hidup di tepi laut dengan pekerjaan menyerang kapal dagang. Letaknya dekat dengan Kerajaan Fo (Foshi menurut Hirth dan Rockhill) dan menjual budak hasil jarahan mereka ke Jawa (Shopo).

Dengan deskripsi ini, Molonu berada di suatu tempat di tepi laut antara Palembang dan Jawa.

Pada awal abad ke-16, Tome Pires menulis Suma Oriental yang isinya menyebutkan tempat bernama Tana Melayu yang terletak antara Palembang dan Sekampung. Tepatnya di hadapan Pulau Maspari, di tempat yang sekarang termasuk dalam Kecamatan Tulung Selapan, Provinsi Sumatera Selatan.

Kurang lebih di era yang sama, Pararaton selesai ditulis. Dalam salah satu bagiannya Pararaton menyebut tentang orang Jawa yang berangkat ke Melayu, dalam sebuah ekspedisi menuju Dharmasraya di Bumi Melayu.

Pada masa lalu, lazim terjadi orang mempergunakan nama tempat tertentu untuk menyebut pulau secara keseluruhan. Nama yang dipakai adalah nama tempat yang dijumpai pertama kali saat tiba di pulau tersebut. Dalam hal ini, angin akan membawa pelaut dari Jawa tiba di pesisir timur Pulau Sumatera bagian Selatan, antara Tulang Bawang sampai ke Tulung Selapan dan berjumpa Melayu disana. Melayu lalu dipergunakan untuk menyebut nama pulau, karenanya muncul kata Bumi Melayu dimana di dalamnya ada Dharmasraya.

Contoh lain untuk kebiasaan penamaan ini ada dalam tulisan berikut ini.

Dugaan posisi Melayu berada di tepi laut ini kami lengkapi dengan dugaan asal nama Melayu.

Kami mengajukan kata Moloyo sebagai kata asal dari Melayu. Moloyo dalam rumpun bahasa Austronesia diartikan sebagai ‘melayar’ atau ‘melaut’ atau ‘orang-orang yang berlayar melintasi laut’. Kata ini masih dipergunakan oleh orang Nias sampai hari ini.

Moloyo dan Melayar adalah dua kata dari rumpun Austronesia untuk merujuk kepada kegiatan berlayar atau melaut, di masa kuno, kami duga ada lebih banyak lagi variasi dari kata tersebut yang tersebar dan dipergunakan di Kepulauan Asia Tenggara, dimana puak-puak Austronesia menetap. Variasi penyebutan dan bunyi itu mungkin termasuk Malayar, yang menjadi Malaiur dalam Prasasti Tanjore, Molonu dalam Chufanchi, dan Melayu dalam lidah orang Jawa.

Orang yang suka pergi ke laut akan tinggal di tepi laut, sehingga adalah hal yang alami bila usaha mencari lokasi Melayu difokuskan ke tempat-tempat yang berada di tepi laut.

Akhirnya, kami mengajukan pendapat bahwa Melayu terletak di pesisir timur Sumatera bagian selatan, di suatu tempat di Kecamatan Tulung Selapan, yang berada tepat di hadapan Pulau Maspari.

Terimakasih.

 

 

1 thought on “Melayu di Pesisir Timur Sumatera”

  1. Pingback: Lorok Pakjo dan Indonesia, Cerita Bagaimana Tempat-tempat Mendapatkan Namanya – Kisah Kecil dari Palembang

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Mengenai Robby Sunata
June 2024
M T W T F S S
 12
3456789
10111213141516
17181920212223
24252627282930
« May   Jul »
  • April 2025
  • March 2025
  • February 2025
  • January 2025
  • October 2024
  • August 2024
  • July 2024
  • June 2024
  • May 2023
  • November 2022
  • August 2022
  • May 2022
  • March 2022
  • February 2022
  • January 2022
  • December 2021
  • August 2021
  • July 2021
  • February 2021
  • January 2021
  • December 2020
  • November 2020
  • July 2020
  • June 2020
  • May 2020
  • April 2020
  • March 2020
  • February 2020
  • May 2017
  • March 2017
  • January 2017
  • November 2016
  • October 2016
  • September 2016
  • August 2016
  • May 2016
  • March 2016
  • January 2016
  • November 2014
  • April 2014
  • March 2014
  • January 2014
  • May 2010
©2025 Kisah Kecil dari Palembang | WordPress Theme by Superbthemes.com