Setiap menjelang perayaan kemerdekaan Indonesia, warga Palembang selalu bersiap-siap untuk menyaksikan perlombaan perahu Bidar. Adu laju perahu Bidar di Palembang biasanya diadakan di Sungai Musi, di hadapan Kuto Besak, tetapi mulai beberapa tahun yang lalu diadakan pula di Sungai Keramasan, anak sungai Musi yang berada di sebelah barat Kota Palembang.
Lomba perahu Bidar sudah berlangsung lama di Palembang, pada dekade 1970 dan 1980, perlombaan ini sangat populer, penontonnya memenuhi tepian sungai Musi bahkan sampai ke atas Jembatan Ampera. Setelah sempat meredup beberapa saat, sekarang lomba balap perahu Bidar hendak dihidupkan kembali di Palembang.
Tetapi, Palembang bukanlah satu-satunya tempat di dunia yang mengenal perahu Bidar. Perahu Bidar juga di kenal di beberapa tempat lain dan bahkan satu tempat ini lebih dikenal seantero dunia karena Bidarnya.
Belanda ketika berperang melawan warga lokal di Kalimantan Barat melaporkan bahwa mereka mempergunakan perahu Bidar sebagai alat angkutan bagi prajurit menuju ke bagian hulu. Pada perang tahun 1865 ini Belanda bahkan mempergunakan perahu Bidar sebagai ambulans untuk membawa prajurit mereka yang terluka.
Sampai tahun 2024 ini warga Sambas masih mengadakan acara tahunan lomba perahu Bidar, yang mengundang peserta dari wilayah tetangga, yakni Sarawak, di Kalimantan sebelah utara.
Penguasa Sarawak yang Bernama James Brooke memulai tradisi baru dengan mengadakan lomba Bidar pada tahun 1872. Dia menawarkan adu balap perahu Bidar sebagai jalan keluar untuk menyelesaikan perselisihan antar kampung di Sarawak. Sejak saat itu, lomba bidar diadakan setiap tahun disana.
Sarawak Regatta adalah nama acara tahunan yang salah satu bagiannya adalah perlombaan adu balap perahu Bidar. Balapan Bidar ini diselenggarakan di Sungai Sarawak di Kota Kuching, ibu kota negara bagian Sarawak, Malaysia. Pelaksanaan lomba ini juga mengundang peserta dari Kalimantan Barat, Indonesia, dan Brunei Darussalam.
Perahu Bidar juga populer di Brunei Darussalam, bahkan mereka sampai membuat perlombaan perahu Bidar mini yang tidak didayung melainkan bergerak laju mempergunakan hembusan angin.
Bidar juga dikenal di Terengganu, negara bagian Malaysia yang terletak di pesisir timur Semenanjung Melayu. Terengganu bahkan memiliki maestro pembuat perahu Bidar yang hasil karyanya telah dipakai untuk mengelilingi dunia. Perahu Bidar Naga Pelangi dibuat di Pulau Duyong, Kuala Terengganu pada tahun 1981. Pada tahun 1997 Naga Pelangi menuntaskan perjalanannya mengelilingi dunia yang dimulai dari Malaysia.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa perahu Bidar dikenal luas di Asia Tenggara sebelah barat, mulai dari sisi Selatan Pulau Sumatera sampai ke bagian utara di Terengganu, dari Palembang di barat sampai ke Brunei di timur. Tetapi, perahu bidar yang luas dikenal ini bentuknya tidak selalu sama seperti bentuk perahu Bidar yang kita kenal di Palembang.
Ternyata perahu Bidar ada banyak bentuknya.
Bidar berupa perahu Panjang yang ramping ternyata hanyalah saalah satu dari tiga bentuk perahu Bidar yang ada saat ini.
Perahu Bidar ada pula yang berupa perahu yang lebih besar dan tinggi, seperti perahu getek di sungai Musi sekarang. Bedanya adalah perahu Bidar ukuran sedang ini tidak memakai mesin melainkan bergerak dengan cara didayung oleh beberapa orang. Bidar ini juga memiliki atap di bagian belakangnya yang menjadi tempat berteduh bagi penumpang.
Terakhir, ada perahu Bidar berukuran besar, seperti perahu Pinisi, Pinas, dan Pancalang. Perahu Bidar berukuran besar bisa dipergunakan untuk mengarungi samudera, seperti yang dilakukan oleh Bidar Naga Pelangi di tahun 1980-an. Pada masa lampau, mungkin perahu Bidar adalah salah satu jenis perahu besar yang membawa orang Melayu tiba ke Madagaskar dan Pantai timur Afrika.
Sebagai sebuah kata, Bidar tidak dikenakan ke satu bentuk perahu tertentu, melainkan kepada beberapa jenis perahu sekaligus. Kemungkinan besar Bidar adalah kata umum yang dipergunakan untuk menyebut berbagai jenis alat angkutan perairan, sama seperti bunga adalah kata umum dan mawar adalah kata khusus.
Hal yang membedakan Bidar dengan kata lain yang dipergunakan untuk menyebut alat transportasi air adalah, Bidar secara umum dikenakan kepada alat angkutan air yang mampu bergerak cepat. Seperti kapal besar jenis Bidar yang dikenal bisa melaju lebih kencang daripada perahu besar lain seperti Pinisi dan Pancalang. Sehingga mungkin Bidar adalah kata sifat yang bermakna ‘cepat’ atau ‘gesit’.
Secara bahasa, kata Bidar sendiri memiliki arti sebagai benda yang berbentuk pipih melebar, seperti paruh platypus atau daun pisang.
Lalu sejak kapan Bidar ada di dunia dan darimana asalnya?
Bidar dalam budaya Brunei adalah perahu yang dibuat dengan cara mengeruk bagian dalam sebuah batang kayu, seperti kano di budaya Amerika Serikat. Teknik pembuatan perahu seperti ini ada di berbagai belahan dunia dan mungkin adalah salah satu cara paling awal untuk membuat perahu. sehingga sulit untuk menentukan sejak kapan dia ada dan dari mana asalnya.
Hanya saja, menurut para pakar, Bangsa Melayu datang dari Yunnan melalui Taiwan, bergerak ke selatan melalui Filipina lalu Kalimantan dan akhirnya tiba di Sumatrera. Bahasa Melayu seperti yang dikenal sekarang pun diduga muncul pertama kali dan berkembang di daerah Kalimantan Barat, di sekitar Sambas dan Sarawak.
Dengan begitu, bila hendak dipaksakan mencari asal mulanya, lebih besar peluangnya bila Bidar muncul dan berkembang di daerah antara Sambas dan Sarawak.
Namun mencari siapa yang pertama bukanlah hal yang utama, karena budaya adalah milik bersama setiap orang yang menghidupinya. Jika hendak dijadikan warisan budaya dunia tak benda, maka Bidar dapat diajukan secara bersama oleh Indonesia, Malaysia, dan Brunei.