Hari ini jalan Jenderal Sudirman adalah jalan utama di Palembang dan jauh lebih populer daripada jalan Kolonel Atmo, tetapi di masa lalu, Jalan Kolonel Atmo adalah jalan utama, dan satu-satunya jalan di Palembang yang bisa dipakai berkendara menuju keluar kota, karena jalan Jenderal Sudirman belum ada.
Jalan Jenderal Sudirman baru dibangun pada tahun 1940-an, yang menyambungkan dua jalan utama yang lebih dulu ada.
Jalan Tengkuruk adalah jalan yang pertama kali ada. Jalan ini membentang di tepi sebelah timur Sungai Tengkuruk dari muaranya di Sungai Musi melalui Masjid Agung Palembang trus ke barat laut sampai bertemu dengan jalan Kebon Duku yang sekarang bernama jalan Kapten Cek Syeh. Tidak ada pertigaan disini karena orang yang datang dari arah Tengkuruk mau tidak mau harus berbelok ke Kebon Duku, karena hanya itu jalan yang tersedia.
Pada masa yang kurang lebih sama, jalan Kepandean dibangun. Jalan ini menghubungkan antara jalan Tengkuruk dengan jalan Segaran-jalan Sayangan. Pada masa sekarang, jalan Kepandean dikenal sebagai jalan TP Rustam Effendi.
Pada tahun 1870-an, dari tengah jalan Kepandean ini dibangun jalan keluar dari kota Palembang yang menuju ke arah Talang Betutu. Sehingga orang-orang yang datang dari arah utara akan masuk ke Palembang melalui jalan ini dan bisa langsung bertemu kawasan pusat bisnis di 16 Ilir.
Pada tahun 1900-an jalan ini dinamai jalan talang Jawa karena dia melintasi perkampungan orang Jawa yang sekarang kurang lebih berada di Hotel Beston. Pada seberang jalan dari kampung Jawa ini ada jalan lain yang menuju ke makam sultan pertama Kesultanan Palembang Darussalam, yaitu Sultan Abdurrahman Cinde Walang. Dengan demikian kampung Jawa ini berada di pertigaan yang strategis.
Pada tahun 1920-an, Sungai Tengkuruk ditimbun dan dijadikan jalan, sehingga kini jalan Tengkuruk menjadi lebih lebar dan menjadi jalan utama di Palembang, namanya berubah menjadi Bulevar Tengkuruk. Walau telah menjadi lebih lebar tetapi panjangnya tidak berubah, hanya sampai di jalan Kebon Duku saja.
Barulah pada awal dekade 1940-an dibuat jalan baru yang menghubungkan bulevar Tengkuruk dengan Jalan Talang Jawa. Jalan ini dibuat dari ujung jalan Tengkuruk di belokan ke jalan Kebon Duku lurus ke arah barat laut sampai bertemu dengan pertigaan jalan Talang Jawa-jalan Cinde Walang.
Ruas jalan yang baru ini diberi nama jalan Talang Jawa Baru, mungkin karena jalan ini lebih dianggap sebagai cabang dari jalan Talang Jawa daripada perpanjangan dari jalan Tengkuruk.
Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, jalan Talang Jawa Baru ini berkembang menjadi pusat ekonomi dan bisnis utama di Palembang. Bioskop Internasional berdiri di jalan baru ini, begitu pula dengan belasan toko onderdil mobil dan toko pakaian. Singkat kata, jalan baru ini adalah pusat bisnis dan pusat belanjanya warga Palembang.
Pada masa selanjutnya jalan Talang Jawa berganti nama menjadi jalan Kolonel Atmo, sedangkan jalan Talang Jawa Baru berganti nama menjadi jalan Jenderal Sudirman seperti yang warga Palembang kenal hari ini.
Dengan demikian, jalan Talang Jawa adalah jalan yang sekarang dikenal sebagai jalan Kolonel Atmo, sebuah jalan penting di masa lalu karena merupakan satu-satunya jalan yang menghubungkan Palembang dengan Talang Betutu, dan kemudia Sekayu dan Jambi. Sedangkan jalan jenderal Sudirman adalah jalan yang baru dibangun pada masa awal kemerdekaan Indonesia dan mulanya diberi nama jalan Talang Jawa Baru.