Skip to content
Menu
Kisah Kecil dari Palembang
  • Masa Lalu
  • Masa Kini
  • Gagasan
Kisah Kecil dari Palembang
sampul keramasan

Ada Emas di Keramasan

Posted on 01/07/2025

Konon kabarnya di masa lalu hiduplah Putri Dayang Merindu yang amat cantik dan menawan, sehingga dia menjadi rebutan banyak orang di kota Palembang, termasuk si pangeran sendiri. Putri Dayang Merindu ini sering mandi dan berkeramas di sungai dekat tempat tinggalnya, sehingga akhirnya sungai itu dikenal sebagai sungai tempat si putri selalu berkeramas, Sungai Keramasan.

Sungai Keramasan berada di dekat Karang Anyar, situs yang kaya temuan dari masa Sriwijaya, termasuk temuan perhiasan emas. Keramasan juga berada dekat dengan Sungai Palembang yang pada masa lalu dikenal juga sebagai Sunga Melayu, yang disebut dalam Sulalatus Salatin, atau Sejarah Melayu.

Sungai Palembang ini adalah sungai yang mengandung bijih emas. Orang-orang melimbang emas disana dan konon dari kegiatan itulah nama Palembang berasal. Karang Anyar yang berada di sisi barat Sungai Palembang juga memiliki ketenaran sebagai tempat ditemukannya banyak perhiasan emas. Ketika hujan turun dan mengikis permukaan tanah, emas-emas ini muncul ke permukaan. Setelah hujan selesai, masyarakat sekitar kerap menemukan perhiasan emas di dekat  rumah mereka sendiri.

Sungai Keramasan berada tepat di Seberang kedua tempat penuh emas ini.

Kabupaten Bandung di Jawa Barat memiliki sebuah desa yang bernama Kamasan. Menurut sejarah setempat, dahulu pernah hidup seorang tokoh yang bergelar Eyang Kamasan, dia adalah keturunan dari Prabu Siliwangi dan memiliki keahlian mengolah emas. Sebagai seorang pandai emas, dia menghasilkan bermacam-macam perhiasan yang dibeli oleh para petinggi kerajaan. Salah satu pelanggan Eyang Kamasan adalah penguasa Tatar Ukur yang sekarang berada di sekitar Banjaran, Kabupaten bandung, namanya Dipati Ukur. Dipati Ukur yang senang dengan hasil karya Eyang Kamasan lalu menyebut desa tempat dia tinggal sebagai Desa Kamasan.

Salah satu tujuan wisata di Gresik, Jawa Timur, adalah Kampung Kemasan di kota tua Gresik. Kampung ini dulunya adalah tempat tinggal seorang pandai emas Bernama Bak Liong. Pamornya sebagai orang yang mahir mengolah emas tersiar kemana-mana sehingga banyak orang yang datang kepada Bak Liong untuk membeli emas atau sekadar memperbaiki perhiasan mereka. Pada akhirnya wilayah tempat Bak Liong tinggal dikenal sebagai Kampung Kemasan, sampai sekarang.

Keruntuhan Majapahit membuat pulau Bali terbebas dari status Kerajaan bawahan dan menjadi Kerajaan berdaulat yang memerintah dari pesisir timur jawa sampai ke Sumbawa. Pada masa ini segala macam seni dan budaya berkembang pesat, salah satunya adalah seni mengolah emas. Sejumlah pandai emas berkumpul di ibukota Kerajaan Gelgel, membentuk perkampungan tersendiri yang disebut Kamasan. Sampai sekarang Kampung Kamasan masih berdiri dan menjadi salah satu pusat kerajinan emas di Bali.

‘Kamasan’ dibentuk dari kata ‘emas’ yang diberi imbuhan ‘ka-an’, menjadi ‘Ka-emas-an’ yang seharusnya dibaca ‘Kaemasan’ tetapi berubah menjadi ‘Kamasan’ dan ‘Kemasan’. Kata ini dipergunakan secara luas di Jawa dan Bali untuk menyebut tempat yang dihuni oleh pandai emas (goldsmith).

Imbuhan ‘ka-an’ pada kata dasar untuk mebentuk nama tempat adalah hal yang umum dalam rumpun bahasa melayu kuno. Kata ‘Kedaton’ dibentuk dari kata ‘datu’ yang diberi imbuhan ‘ka-an’, begitu pula dengan ‘Kaputren’ yang dibentuk dari kata ‘putri’ dan imbuhan ‘ka-an’.

Palembang memiliki tempat yang lekat dengan emas, yaitu daerah Karang Anyar dan Sungai Palembang. Tidak akan mengherankan bila di dekat dua tempat ini terdapat kampung dimana para pandai emas tinggal dan mengolah emas, dan kampung ini akan disebut kampung ‘Kaemasan’.

Selayaknya kota yang tumbuh di tepi sungai dan beraktifitas di tepi sungai, maka semua kampung akan berdiri di tepi sungai, begitupun Kampung Kaemasan, di Palembang kampung ini akan berdiri di tepi sungai dekat dengan tempat emas banyak ditemukan, dan tempat itu berada di hadapan Karang Anyar dan Sungai Palembang, di Seberang Sungai Musi.

Sungai itu akan disebut sebagai Sungai Kaemasaan, sungai tempat dimana pandai emas tinggal.

Tapi pada suatu masa, kampung ini sepertinya ditinggalkan oleh para penghuninya, membuatnya menjadi kosong dalam waktu yang lama, hanya menyisakan nama tempat saja, Kaemasan. Ketika penghuni baru memasuki kampung Kaemasan yang kosong, mereka tidak punya tempat bertanya untuk mencari tahu kenapa tempat itu bernama Kaemasan dan akhirnya menciptakan penjelasan sendiri atas nama Kaemasan, sesuai kemampuan mereka.

Legenda adalah cara manusia di masa lalu menjelaskan hal-hal yang terjadi di sekitar mereka. Saat sains belum hadir maka legenda yang menjelaskan segala sesuatu. Tapi sekarang nampaknya kita sudah punya petunjuk bahwa Sungai Keramasan dahulu besar kemungkinan bernama Sungai Kaemasan, atau Kamasan saja, sungai tempat para pandai emas mengolah emas yang diperoleh dari seberang sungai, di Karang Anyar dan Sungai Palembang.

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Mengenai Robby Sunata
July 2025
M T W T F S S
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
28293031  
« Jun    
  • July 2025
  • June 2025
  • April 2025
  • March 2025
  • February 2025
  • January 2025
  • October 2024
  • August 2024
  • July 2024
  • June 2024
  • May 2023
  • November 2022
  • August 2022
  • May 2022
  • March 2022
  • February 2022
  • January 2022
  • December 2021
  • August 2021
  • July 2021
  • February 2021
  • January 2021
  • December 2020
  • November 2020
  • July 2020
  • June 2020
  • May 2020
  • April 2020
  • March 2020
  • February 2020
  • May 2017
  • March 2017
  • January 2017
  • November 2016
  • October 2016
  • September 2016
  • August 2016
  • May 2016
  • March 2016
  • January 2016
  • November 2014
  • April 2014
  • March 2014
  • January 2014
  • May 2010
©2025 Kisah Kecil dari Palembang | WordPress Theme by Superbthemes.com