Skip to content
Menu
Kisah Kecil dari Palembang
  • Masa Lalu
  • Masa Kini
  • Gagasan
Kisah Kecil dari Palembang
Jembatan Ampera dan Sungai Musi di Palembang

APA YANG SAYA PIKIRKAN TENTANG JEMBATAN AMPERA

Posted on 24/01/2025

Puncak Candi Borobudur adalah titik tertinggi di kawasan tersebut, dari sini kita bisa menikmati pemandangan di sekitar candi. Bila dilakukan di pagi hari, pengunjung bisa mendapatkan pemandangan spektakuler naiknya matahari. Dengan pemandangan sebagus itu, pemerintah setempat dan pengelola tidak tergoda untuk mendirikan kafe dan Menara pandang di puncak Borobudur. Mereka malah menaikkan harga tiket masuk untuk menyaring pengunjung, agar hanya yang ingin benar-benar mengagumi Borobudur yang naik.

Ini membuat kami memikirkan beberapa hal terkait Jembatan Ampera.

Pertama sekali, Jembatan Ampera ini adalah sebuah aikon kota, simbol sebuah kota, maka perlakukanlah dia selayaknya sebuah aikon kota, yaitu untuk dipandangi dengan takjub, untuk dijadikan latar foto dengan bangga. Idealnya dibuatkan beberapa titik khusus bagi orang-orang untuk mengambil foto Jembatan Ampera, agar foto mereka itu maksimal hasilnya, memancarkan marwah jembatan bersejarah ini.

Kedua, sejak pertama kali berdiri, Jembatan Ampera adalah pusat perhatian di kota Palembang. Penampilannya mencolok diantara bangunan lain di sekitarnya, tinggi dan besar, terlihat dari mana-mana, maka perlakukanlah dia selayaknya pusat perhatian. Orang-orang yang ada di sekitar Jembatan Ampera harus dibuat melihat ke Jembatan Ampera, bukan sebaliknya, orang-orang dibuat berada di atas Jembatan Ampera untuk melihat ke arah sekitarnya.

Apakah ada struktur lain di sekitarnya yang punya daya tarik setara Jembatan Ampera sehingga perlu dilihat dari atas menaranya?

Ketiga, sejak pertama kali berdiri, Jembatan Ampera menjadi penanda kota bagi Palembang, maka perlakukanlah dia selayaknya penanda kota. Orang-orang memotret jembatan Ampera atau berfoto dengan latarnya sebagai tanda bahwa mereka sudah pernah ke Palembang.

Penampilan Jembatan Ampera perlu dipercantik dengan cara yang tidak mengurangi marwahnya sebagai struktur megah bersejarah besar. Jangan sampai struktur megah jadi terlihat seperti bis AKAP yang penuh lampu warna warni.

Keempat, Jembatan Ampera dibangun sebagai fasilitas transportasi, fungsinya adalah membantu perpindahan orang dan barang dari satu sisi sungai ke sisi sungai lainnya, bukan dibangun untuk tujuan sebagai kafe dan menara pandang, maka perlakukanlah dia selayaknya sebuah jembatan, buatlah orang dan barang bisa berpindah dari hulu ke hilir dengan nyaman.

Jika tersedia anggaran ekstra, maka sebaiknya dipergunakan untuk memastikan kenyamanan pengguna Jembatan, bukan untuk membuat kafe dan menara pandang yang tidak ada hubungannya dengan kenyamanan pengguna jembatan yang setiap hari melintas di Ampera.

Kelima, Jembatan Ampera sudah memasuki usia 60 tahun, semua benda buatan manusia ada batas pemakaiannya, maka perlakukanlah dia selayaknya struktur yang menjelang uzur, dengan berhati-hati, dengan menjaga marwahnya sebagai aikon kota, pusat perhatian, penanda kota, dan fasilitas tranportasi.

Itulah cara yang bisa dilakukan untuk menghargai sesuatu yang berharga, dengan cara menjaganya bukan mengobralnya.

Gagasan mengenai pemanfaatan ulang seperti yang terjadi pada pabrik gula Tjolomadu dan Mbloc pernah terdengar menjadi alasan untuk membangun kafe dan menara pandang.

Untuk melakukan pemanfaatan ulang, sebuah struktur harus pernah ditinggalkan sehingga tidak bisa menjalankan fungsinya. Pabrik gula Tjolomadu dan bangunan milik peruri pernah menjadi banguan terbengkalai selama puluhan tahun sebelum dimanfaatkan lagi di masa kini menjadi galeri dan kafe Tjolomadu dan mbloc. Masalahnya adalah, Jembatan Ampera selalu dipergunakan sejak awal berdirinya sampai sekarang, tidak pernah ditinggalkan.

Bila dipaksakan harus ada, maka ada banyak hal yang harus dilakukan untuk menjawab sejumlah pertanyaan.

Jika tujuan mendirikan kafe dan menara pandang di Jembatan Ampera adalah untuk pariwisata maka siapa target wisatawan yang dituju. Karena penentuan segmen ini akan memengaruhi fasilitas yang tersedia, pelayanan yang diberikan, dan harga tiket yang ditawarkan.

Jika tujuannya untuk  meningkatkan PAD Kota Palembang, maka harus diketahui berapa target PAD yang hendak dicapai, karena itu akan menentukan berapa banyak kunjungan per hari yang harus dicapai dan berapa harga tiket yang dipatok.

Ini belum lagi bicara soal pemasaran, mengenai bagaimana pesan dari pengelola kafe dan menara pandang bisa sampai ke segmen yang dituju dan membuat mereka bersedia datang.

Kajian bisnis, jika ada, baiknya dibuka untuk umum, agar bisa dikaji oleh berbagai pihak, baik akademisi maupun praktisi.

Kajian yang lengkap dari berbagai sudut pandang adalah jalan terhormat yang bisa dilakukan untuk menjaga marwah struktur megah seperti Jembatan Ampera, bila memang kafe dan Menara pandang itu harus diadakan.

Ini semua mengenai bagaimana memperlakukan seseorang atau sebuah benda dengan sesuai.

Jika hanya akan merusak alam, adat, dan sejarah, maka pariwisata tidak perlu ada.

1 thought on “APA YANG SAYA PIKIRKAN TENTANG JEMBATAN AMPERA”

  1. Nasir says:
    25/01/2025 at 00:46

    Keren, analisis dan kajian serta target memang dibutuhkan . Semoga ini bisa menjadi pertimbangan pihak terkait.

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Mengenai Robby Sunata
January 2025
M T W T F S S
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  
« Oct   Feb »
  • April 2025
  • March 2025
  • February 2025
  • January 2025
  • October 2024
  • August 2024
  • July 2024
  • June 2024
  • May 2023
  • November 2022
  • August 2022
  • May 2022
  • March 2022
  • February 2022
  • January 2022
  • December 2021
  • August 2021
  • July 2021
  • February 2021
  • January 2021
  • December 2020
  • November 2020
  • July 2020
  • June 2020
  • May 2020
  • April 2020
  • March 2020
  • February 2020
  • May 2017
  • March 2017
  • January 2017
  • November 2016
  • October 2016
  • September 2016
  • August 2016
  • May 2016
  • March 2016
  • January 2016
  • November 2014
  • April 2014
  • March 2014
  • January 2014
  • May 2010
©2025 Kisah Kecil dari Palembang | WordPress Theme by Superbthemes.com