Skip to content
Menu
Kisah Kecil dari Palembang
  • Masa Lalu
  • Masa Kini
  • Gagasan
Kisah Kecil dari Palembang

Museum Bahari Sriwijaya, Calon Landmark Baru Palembang

Posted on 02/05/201623/07/2022

(Tulisan kedua dari tiga bagian)

“Saya pernah kerja di Cina, waktu mau pindah ke Palembang, teman-teman langsung googling tentang Palembang, mereka bilang Palembang itu ndak ada apa-apa, kotanya disebut ciu-cang, kota markas bajak laut”

Tawa saya nyaris meledak setelah mendengar kalimat ini, kalimat ini lucu karena disampaikan dengan jujur, kejujuran yang pahit, dan saya menertawakan itu, tawa getir.

Palembang memang pernah dikelola oleh bajak laut dan Cheng Ho mampir ke Palembang salah satunya dalam rangka membersihkan jalur dagang di selat malaka dari gangguan para bajak laut yang saat itu bermarkas di… yak betul, Palembang.

Namun jauh sebelum Cheng Ho mampir ke Palembang dan menangkap perompak bernama Chen Zu Yi pada tahun 1407, pada tahun 1349 kronik Cina telah mencatat laporan dari para pedagang yang baru pulang dari Palembang bahwa kota itu dikuasai oleh seorang perompak dari Guang Zhou, bernama Liang Dao Ming,

Setelah pembersihan oleh Cheng Ho, pada tahun 1560 kronik Cina mencatat mengenai seorang penjahat asal Guandong yang pensiun dari dunia kejahatan di Guandong lalu menetap di Palembang, di Palembang dia menjadi pedagang kaya raya dan diangkat menjadi kapitan.

Namanya Zhang Lian, apakah dia juga kepala perompak? Belum diketahui, tapi masa dia di Palembang berdekatan dengan masa pendirian kerajaan Palembang pada tahun 1547 oleh Pangeran Sido Ing Lautan (imigran dari Jawa tengah) bersama Dipati Karang Widara, anak keturunan Demang Lebar Daun, penguasa lokal Palembang saat itu.

Saat itu Palembang mulai kembali menjadi pusat perdagangan di kawasan selatan pulau Sumatera, terimaksih kepada Lada dari Bangka dan dari pedalaman Sumatera, daerah di hulu sungai musi, ulu musi, yang membuat perdagangan di Palembang kembali bergairah dan mendatangkan kekayaan sehingga menarik perhatian penguasa lain untuk menguasai Palembang, pada tahun 1596 Banten datang menyerang dan berhasil dikalahkan, selanjutnya pada tahun 1658 Cornelius Ockerse memimpin armada VOC dari Batavia menyerang Palembang, dan seperti Banten, mereka pun gagal.

Khusus untuk Belanda, mereka melakukan serangan ke Palembang pada tahun 1658, 1659, dua kali pada tahun 1819, dan sekali pada 1821, pada serangan terakhir barulah Belanda mampu menaklukan Palembang.

Kemampuan Palembang untuk mempertahankan diri dari serangan armada laut bangsa lain ini mungkin Karena warga Palembang memiliki kemampuan mumpuni dalam pertempuran di atas air, sebuah bakat besar yang pada abad ketujuh membuat orang-orang Palembang mampu mengendalikan perairan yang luas di selat Malaka dan Laut Cina Selatan.

Lalu saat Sriwjaya bubar, masyarakat yang mahir bertempur di atas air ini masih meneruskan keseharian mereka seperti di masa Sriwijaya, mengatur lalu lintas perairan selat Malaka dan menarik pajak dari berbagai kapal yang lalu lalang, namun bedanya sekarang tidak lagi membawa panji Sriwijaya, hanya panji-panji perorangan atau kelompok, sehingga sekarang mereka disebut bajak laut.

Memiliki bakat yang hebat diatas air adalah suatu anugerah yang luar biasa, apalagi telah dibuktikan penggunaannya sehingga mampu mendirikan kekaisaran seluas Sriwijaya dan kesultanan Palembang Darussalam, tidak ada yang bisa membantahnya dan membuat orang Palembang memiliki identitas yang berbeda dari lingkungan sekitarnya, ini adalah sesuatu yang layak dibanggakan, dirayakan dan dikenang, dan kenangan itu bentuk terbaiknya adalah berupa Museum Bahari Sriwijaya.

Museum Bahari Sriwijaya akan berisi 4 bagian, yaitu bagian Sriwijaya, bagian bajak Laut, Bagian Palembang Darussalam, yang ketiganya fokus pada sejarah dan bagian Bahari Musi yang isinya berkaitan dengan budaya, menjelaskan mengenai bagaimana sungai Musi selama 1300 tahun telah membentuk kebudayaan manusia-manusia yang hidup dari dirinya, agar anak muda Palembang paham mengapa sungai Musi disebut laut dan lauk pauk selalu disebut ‘iwak’.

Penasarankan? Sama.

Mari berdoa dan berusaha bagi Museum Bahari Sriwijaya.

 

 

 

1 thought on “Museum Bahari Sriwijaya, Calon Landmark Baru Palembang”

  1. Deddy Huang says:
    02/05/2016 at 14:20

    Dan aku menantikan museum ini ada buat dikunjungi. Semoga instagramable.

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Mengenai Robby Sunata
May 2016
M T W T F S S
 1
2345678
9101112131415
16171819202122
23242526272829
3031  
« Mar   Aug »
  • June 2025
  • April 2025
  • March 2025
  • February 2025
  • January 2025
  • October 2024
  • August 2024
  • July 2024
  • June 2024
  • May 2023
  • November 2022
  • August 2022
  • May 2022
  • March 2022
  • February 2022
  • January 2022
  • December 2021
  • August 2021
  • July 2021
  • February 2021
  • January 2021
  • December 2020
  • November 2020
  • July 2020
  • June 2020
  • May 2020
  • April 2020
  • March 2020
  • February 2020
  • May 2017
  • March 2017
  • January 2017
  • November 2016
  • October 2016
  • September 2016
  • August 2016
  • May 2016
  • March 2016
  • January 2016
  • November 2014
  • April 2014
  • March 2014
  • January 2014
  • May 2010
©2025 Kisah Kecil dari Palembang | WordPress Theme by Superbthemes.com