Skip to content
Menu
Kisah Kecil dari Palembang
  • Masa Lalu
  • Masa Kini
  • Gagasan
Kisah Kecil dari Palembang

Pagaralam, Kota Dingin Yang Hangat

Posted on 15/11/201623/07/2022

Itu adalah subuh yang sangat dingin, saya sangat mengantuk karena kelelahan setelah 11 jam mengemudi mobil, tapi udara dingin memaksa saya untuk bangun sejenak dan mencari remot AC, namun saat saya membuka mata segera saya sadar, di ruangan ini tidak ada AC, saya tidak bisa mematikan AC, saya bahkan tidak bisa menurunkan suhu ruangan ini, karena untuk melakukan itu saya harus menurunkan suhu di seluruh kota Pagaralam.

Kota ini dingin sekali.

Tidak lama kemudian saya akhirnya benar-benar bangkit dari tempat tidur, lalu duduk di teras sebuah villa yang terletak di tepi perkebunan teh, pagi yang dingin itu saya disuguhi pemandangan indah dari perkebunan teh dengan kota Pagaralam di kejauhan dan latar belakang Bukit Jempol. Sangat menyegarkan mata.

 

img20161103061915
Pemandangan di Awal Hari yang Menyegarkan, di Kejauhan Ada yang Memberi Jempol, Setuju Kayaknya.

 

Saya menyeduh kopi hangat tanpa gula di ruang makan yang terletak di lantai dua Hotel Besh lalu duduk di teras yang menghadap langsung ke Gunung Dempo, dari depan saya membentang kebun teh yang hijau segar sampai ke lereng gunung dempo, pemetik teh bekerja, beberapa kendaraan kadang lalu lalang di atas sana, pemetik teh dan kendaraan itu seperti miniatur yang muncul diantara kebun teh, pemandangan yang menyegarkan dan menghibur. Saya tidak butuh televisi pagi ini.

 

img20161102070907
Minum Kopi Dengan Pemandangan Seindah Ini

 

 

img20161103071202
Para Pemetik Teh Bekerja di Pagi Hari

 

Makan siangnya saya lewatkan di sebuah tempat yang menyenangkan bernama Green Paradise, lokasinya bisa ditempuh melalui jalan beraspal yang masuk ke dalam hutan, lalu dilanjutkan berjalan kaki sekitar 100 meter melalui sebuah peternakan kuda jenis lokal,  ada dua air terjun disini, tidak terlalu besar tapi cukup membuat suasananya menenangkan, tidak ada kebisingan jalanan, hanya gemerisik air dan pemandangan hijau dari selada air yang menyegarkan, apalagi makanannya enak, perut dan mata kenyang, puas sekali.

 

img20161102130755
Selada Air Memenuhi Aliran Sungai yang Airnya Bersumber Dari Sebuah Air Terjun Kecil

 

 

img20161102131022
Air Terjun, Air Jernih, dan Selada Air

 

 

img20161102125950_1
Anak-Anak Setempat yang Mandi di Kolam Utama Green Paradise

 

img20161102123042
Kuda Asli Pagaralam, Suatu Saat Saya Akan Berkuda Disini

 

 

Sebenarnya masih mau berdiam lebih lama di Green Paradise tapi masih ada beberapa tempat lain yang menarik yang menanti didatangi, baiklah, setelah memotret anak-anak yang berenang di kolam utama, saya akhirnya bergerak menuju tempat selanjutnya, rumah kediaman Depati Kenawas.

Ini adalah rumah tua yang masih cukup utuh, ukurannya jauh lebih besar daripada rumah-rumah di sekitarnya. Terbuat dari kayu, rumah Depati Kenawas ini menyimpan beberapa benda-benda antik, seperti hiasan kepala hewan.

Saat ini rumah Depati Kenawas tidak dihuni, hanya ada penjaganya di bagian belakang rumah, sementara keturunan Depati Kenawas sekarang bedomisili di ibukota Indonesia.

 

img20161102140436
Rumah Depati Kenawas

 

 

img20161102141534
Hiasan Dinding yang Menarik di Ruang Tamu Rumah Depati Kenawas

 

Selesai mendengarkan kisah Depati Kenawas, kami beranjak menuju ke titik air panas di desa Pagar Bunga, kecamatan Tanjung Sakti. Sungguh ini adalah lokasi air panas yang unik, karena titik sembur air panasnya terdapat di sepanjang aliran sungai, sehingga bila kita masuk dan berjalan di aliran sungai maka terasa beberapa perbedaan suhu air, kadang dingin, kadang hangat, bahkan panas bila kita berada di dekat sumber mata air panasnya. Bukan hanya air, saat saya sedang melepas sepatu di tepi sungai, kaki saya menginjak batu yang panas sekali, membuat saya kaget, ternyata batu itu bersebelahan dengan sumber air panas di tepi sungai, Nampak uap mengepul dari permukaan airnya. Orang biasa merebus telur di mata air itu, saya baru saja nyaris merebus telapak kaki sendiri disitu.

Tempat mata air panas ini berada di sebuah sungai kecil yang tidak dalam, hanya sebatas dengkul orang dewasa, tepi dan dasar sungainya dipenuhi batu koral, dan dari sela-sela batu koral itulah muncul air panasnya. titik air panasnya tersebar di beberapa tempat di sepanjang sungai, membentang konon sepanjang 100 meter di sepanjang aliran sungai.

Saya belum pernah melihat mata air panas yang berderet di sungai seperti ini, sungguh tempat yang menarik untuk dikunjungi, beberapa mata air yg besar dipagari dengan dinding semen yang sedikit lebih tinggi dari permukaan air, fungsinya agar air panasnya tidak cepat hilang dibawa oleh arus yang deras sekaligus menjadi tempat pengunjung duduk santai sambil merendam kaki mereka di air hangat.

Sayangnya hujan mulai turun, sehingga saya harus bergegas dari tempat yang hangat ini dan menuju lokasi selanjutnya, sebuah gereja tertua di Sumatera Selatan, yaitu Gereja St. Mikael di Tanjung Sakti yang dibangun tahun 1896. St. Mikael adalah gereja yang teduh, sangat teduh, apalagi saat diluar hujan deras seperti saat kami tiba disana.

Bagian dalam gereja St. Mikael lapang sekali dan dihiasi banyak foto para tokoh katolik dunia. Warna putih mendominasi bagian dalam gereja St. Mikael, dengan langit-langit yang tinggi yang juga bewarna putih, gereja ini dibangun dengan bahan campuran antara batu dan kayu. Ini adalah gereja berusia 120 tahun yang cantik.

 

img20161102160141
Bagian Dalam Gereja St. Mikael

 

 

img20161102155618
Patung Perunggu di gereja St. Mikael

 

Cukup lama saya ada disana sehingga tak terasa langit mulai gelap, itulah saat saya menyadari bahwa perjalanan ini telah selesai, saatnya kembali ke penginapan dan mulai berkemas.

Pagaralam adalah kota yang diberkahi keindahan alam dan kekayaan sejarah, yang menanti untuk dikunjungi oleh para pelawat dari penjuru negeri, lelahnya perjalanan terbayar lunas setelah mendatangi berbagai tempat wisata disini.

Pagaralam layak sekali dikunjungi sekali lagi.

 

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Mengenai Robby Sunata
November 2016
M T W T F S S
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
282930  
« Oct   Jan »
  • April 2025
  • March 2025
  • February 2025
  • January 2025
  • October 2024
  • August 2024
  • July 2024
  • June 2024
  • May 2023
  • November 2022
  • August 2022
  • May 2022
  • March 2022
  • February 2022
  • January 2022
  • December 2021
  • August 2021
  • July 2021
  • February 2021
  • January 2021
  • December 2020
  • November 2020
  • July 2020
  • June 2020
  • May 2020
  • April 2020
  • March 2020
  • February 2020
  • May 2017
  • March 2017
  • January 2017
  • November 2016
  • October 2016
  • September 2016
  • August 2016
  • May 2016
  • March 2016
  • January 2016
  • November 2014
  • April 2014
  • March 2014
  • January 2014
  • May 2010
©2025 Kisah Kecil dari Palembang | WordPress Theme by Superbthemes.com