Skip to content
Menu
Kisah Kecil dari Palembang
  • Masa Lalu
  • Masa Kini
  • Gagasan
Kisah Kecil dari Palembang

“Aku Lebih Lucu Dari Pada Komika Indonesia!”

Posted on 25/01/201423/07/2022

Tahun 2011 dan Saya adalah orang yang merasa diri saya lebih lucu daripada sejumlah pelawak tunggal yang tampil di televisi saat itu.

Saya punya dasar yang mendukung pernyataan itu, diantara Teman-teman sekerja, saya termasuk yang sekali bicara langsung bikin orang tertawa dan lelucon saya tidak pasaran, celetukan saya berbeda, hasil mikir sendiri.

Karena itu, saat Lawakan tunggal mulai populer di televisi, Teman-teman sekerja mengatakan bahwa saya harus mencoba stand up comedy, karena saya lebih lucu daripada Orang-orang garing yang ada di televisi.

Lalu saya ikuti saran Teman-teman saya itu, saran yang ternyata sangat menjerumuskan.

Penampilan saya yang pertama sebagai pelawak tunggal sangatlah buruk. Saya bisa katakan malam itu adalah malam terburuk bagi saya sepanjang tahun 2011, malam jahanam.

Tempatnya ramai pengunjung, mereka sengaja datang untuk menonton, karena malam itu adalah pertama kalinya di Palembang digelar acara Lawakan tunggal. Seru sekali. hanya ada tiga pelawak tunggal lokal yang tampil.

Saya tampil pertama, bangga sekali. Saya tampil sekitar 10 menit, membawakan sejumlah materi yang lucu saat saya coba didepan Teman-teman kantor. sambutannya Luarbiasa, 10 menit dan hanya beberapa orang tertawa, itu pun hanya sekitar 3 kali selama 10 menit.

Rasanya mau pensiun dini dan pindah ke tengah hutan dan berburu babi.

Kenapa penonton tidak tertawa?

Saya punya materi lucu yang sudah saya coba ke teman kantor dan mereka semua tertawa, mengapa penonton malam itu tidak tertawa?!

(((MENGAPA)))

Dan demi mencari jawaban atas kekecewaan, kekesalan, dan ketersinggungan malam itu, maka saya coba lagi naik panggung sebagai pelawak tunggal, saya coba lagi, lagi, terus, sampai malam ini. Saya terus coba. Saya Belum akan berhenti.

Saya butuh jawaban. saya butuh sesuatu untuk memperbaiki harga diri yang penyok Gara-gara dicuekin penonton dua tahun yang lalu.

Sejauh ini, jawaban yang ada hanya seperti ini.

Ketika saya melawak di depan Teman-teman saya di kantor, mereka adalah penonton yang sudah mengenal siapa saya, dan sebaliknya, saya mengenal siapa mereka.

Mereka memahami cara saya melawak, cara saya menyeletuk, dan kemana arah dari celetukan saya. mereka semua tahu karena sudah lama berteman dengan saya. mereka tahu tingkat pendidikan saya, mereka tahu seberapa luas wawasan saya, mereka hafal kapan waktu saya biasa menyeletuk.
Penonton yang ini mengenal saya.

Sebaliknya, saya pun mengenal Teman-teman kerja saya, saya tahu tingkat pendidikan mereka, saya tahu seberapa luas wawasan mereka, saya tahu tema apa yang senang mereka bicarakan, saya tahu apa yang biasa mereka lakukan, saya tahu kapan saat yang tepat untuk bercanda dengan mereka, saya tahu segalanya tentang mereka.
Saya mengenal penonton saya.

Jadi, sewaktu di lingkungan kerja saya, saat saya melawak, saya tanpa sadar membuat Lawakan yang sesuai dengan kemampuan cerna mereka. Materi Lawakan saya sangat akurat mengenai selera mereka sehingga mereka bisa tertawa.

Hal yang berbeda terjadi saat saya ada di atas panggung di sebuah kafe. Pertama yang harus saya sadari, saya tidak mengenal keseluruhan penonton. Saya tidak tahu tingkat pendidikan mereka, saya tidak tahu seberapa luas wawasan mereka, saya tidak tahu tema apa yang biasa mereka bicarakan.
Saya tidak mengenal mereka.

Malapetaka terjadi saat lelucon saya yang sudah akurat menyentuh segmen tertentu tadi dibawakan ditujukan kepada segmen yang lebih luas. Musibah, tidak banyak Orang yang  memahaminya, kenapa, karena lelucon tadi terlalu spesifik, hanya berhasil pada kalangan tertentu.

Biasa menghadapi baut nomor 12 sehingga terbiasa pakai kunci nomor 12, sekalinya melihat baut nomor 30 masih juga pakai kunci nomor 12. Fatal.

Hikmahnya ada dua teman, pertama, akhirnya saya paham bahwa saya tidak bisa main pukul rata bahwa bila saya lucu dilingkungan tertentu maka saya pasti lucu di lingkungan lain manapun. kedua, ternyata lebih mudah mengaku lucu dan mencela yang lain daripada memberanikan diri menjalaninya sendiri.

Naif sekali

image

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Mengenai Robby Sunata
January 2014
M T W T F S S
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  
« May   Mar »
  • July 2025
  • June 2025
  • April 2025
  • March 2025
  • February 2025
  • January 2025
  • October 2024
  • August 2024
  • July 2024
  • June 2024
  • May 2023
  • November 2022
  • August 2022
  • May 2022
  • March 2022
  • February 2022
  • January 2022
  • December 2021
  • August 2021
  • July 2021
  • February 2021
  • January 2021
  • December 2020
  • November 2020
  • July 2020
  • June 2020
  • May 2020
  • April 2020
  • March 2020
  • February 2020
  • May 2017
  • March 2017
  • January 2017
  • November 2016
  • October 2016
  • September 2016
  • August 2016
  • May 2016
  • March 2016
  • January 2016
  • November 2014
  • April 2014
  • March 2014
  • January 2014
  • May 2010
©2025 Kisah Kecil dari Palembang | WordPress Theme by Superbthemes.com