Skip to content
Menu
Kisah Kecil dari Palembang
  • Masa Lalu
  • Masa Kini
  • Gagasan
Kisah Kecil dari Palembang
Penonton sedang menyaksikan perahu bidar di tengah Sungai Musi.

Pesta Rakyat Palembang di Era Kolonial Belanda

Posted on 18/08/202218/08/2022

Peringatan hari kemerdekaan Indonesia mungkin bisa dianggap sebagai sebuah pesta rakyat, karena pada saat itulah masyarakat berkumpul di satu tempat yang sama, bersama keluarga atau teman mereka, dan beramai-ramai ikut serta dalam berbagai kegiatan, ada yang sebagai peserta ada pula yang menjadi penggembira. Apapun itu yang penting bahagia bersama-sama.

Ragam kegiatan itu bermacam-macam, di Palembang yang paling popular dan ditunggu-tunggu adalah lomba bidar. Perlombaan lainnya cenderung sama dengan daerah lain di Indonesia, seperti panjat pinang dan balap karung.

Meski sangat melekat dengan acara peringatan kemerdekaan Indonesia, namun lomba-lomba yang disebut di atas sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka, setidaknya sejak jaman penjajah belanda bercokol di Palembang.

Pada masa itu, lomba-lomba ini diadakan untuk meramaikan perayaan-perayaan yang dianggap penting bagi bangsa Belanda., misalnya, ulang tahun ratu Wilhelmina dan perayaan kelahiran bapak bangsa Belanda, William dari Oranye. Hari –hari penting itu dirayakan di seluruh wilayah Belanda, termasuk di tanah jajahan mereka yang ada di seberang benua, seperti di kepulauan Asia Tenggara.

31 Agustus 1917 pemerintah Belanda di Palembang merayakan ulang tahun ke-37 Ratu Wilhelmina, ratu dengan masa berkuasa paling lama dalam sejarah Belanda. Sejumlah perlombaan diadakan di kota yang berada di tepian Sungai Musi ini, seperti lomba balap karung, panjat pinang, dan parade perahu hias.

Lomba balap karung di Palembang untuk memperingatu ulang tahun Ratu Wilhelmina. Sumber: Leiden University
Lomba panjat pinang dalam perayaan yang sama. lokasinya ada di belakang Kuto besak, Palembang. Sumber: Leiden University

Lomba balap karung dan panjat pinang diadakan di lapangan bola yang sekarang menjadi kawasan bisnis Graha Sriwijaya. Disana warga Palembang berkumpul dengan ramai untuk menyaksikan perlombaan, sebagiannya malah terlibat sebagai peserta lomba. Warga Belanda dan Eropa lainnya menjadi panitia dan penonton yang berdiri di tepi lapangan, tampak gembira melihat warga setempat berjibaku berlari dalam karung dan susah payah memanjat batang pinang demi beberapa lembar kain.

Sedangkan parade perahu hias diadakan tidak terlalu jauh dari lapangan bola, yakni di Sungai Musi yang berada di hadapan Kuto Besak. Perahu-perahu peserta parade diberi hiasan bendera-bendera kecil di badannya dan berlayar bersama-sama di tengah Sungai Musi.

Orang Eropa dan warga Palembang ramai berkumpul di lapangan bola untuk menyaksikan berbagai lomba dalam memperingati ulang tahun Ratu Wilhelmina. Sumber: Leiden University

Pada 24 April 1933 warga Palembang kembali merasakan perayaan besar Belanda dilakukan di kota mereka, yakni perayaan 400 tahun kelahiran William Oranye, seorang pendiri monarki Belanda, mungkin tokoh paling penting dalam sejarah Belanda. Dari masa ini yang diketahui adalah pelaksanaan unjuk kebolehan perahu cepat. Unjuk kebolehan perahu cepat ini yang mungkin menjadi cikal bakal lomba balap perahu bidar.

Unjuk kebolehan kecepatan perahu ini ramai disaksikan warga Palembang, yang mempergunakan perahu-perahu kayu tradisional untuk membawa mereka ke tengah sungai, agar lebih dekat dengan lokasi perlombaan.

Warga Palembang naik ke perahu mereka untuk menyaksikan perahu bidar yang akan berusaha melaju sekencang mungkin di Sungai Musi. Sumber: Leiden University

Perahu yang akan memamerkan kecepatannya adalah perahu dengan panjang sekitar 20 meter, yang berbentuk ramping sehingga satu baris hanya bisa menampung 2 orang.  Perahu ini akan diawaki oleh sekitar 32 orang pendayung yang akan membuat perahu ramping ini melaju gegas membelah ombak Sungai Musi. Perahu-perahu ini mungkin muncul berurutan untuk memamerkan kecepatan mereka sembari ditonton oleh warga Palembang dari perahu-perahu lain yang ada di sekitarnya.

Inilah gambaran pesta rakyat warga Palembang di masa kolonial, semoga di masa kemerdekaan ini perayaannya akan jauh lebih gebyar lagi.

6 thoughts on “Pesta Rakyat Palembang di Era Kolonial Belanda”

  1. Anita says:
    18/08/2022 at 22:20

    Terimakasih informasinya kak.. sangat informatif dan bahasanya ringan.

    Reply
    1. admin says:
      19/08/2022 at 09:42

      Terimakasih yuk Anita.

      Reply
  2. cek nia keker says:
    19/08/2022 at 07:34

    wow…..informasi sejarah yg baru aku tahu

    Reply
    1. admin says:
      19/08/2022 at 09:42

      semoga bermanfaat untuk cek Nia keker ya!

      Reply
  3. Andi Lisso says:
    19/08/2022 at 13:08

    Wah, ini bener2 sejarah keren makasih banget kak sudah buat artikel ini, sangat bermanfaat menambah kebanggaan akan lomba2 tradisi kita.

    Reply
    1. admin says:
      19/08/2022 at 13:42

      alhamdulillah, semoga bermanfaat untuk kak Andi Lisso, aamiin.

      Reply

Leave a Reply to cek nia keker Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Mengenai Robby Sunata
August 2022
M T W T F S S
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
293031  
« May   Nov »
  • April 2025
  • March 2025
  • February 2025
  • January 2025
  • October 2024
  • August 2024
  • July 2024
  • June 2024
  • May 2023
  • November 2022
  • August 2022
  • May 2022
  • March 2022
  • February 2022
  • January 2022
  • December 2021
  • August 2021
  • July 2021
  • February 2021
  • January 2021
  • December 2020
  • November 2020
  • July 2020
  • June 2020
  • May 2020
  • April 2020
  • March 2020
  • February 2020
  • May 2017
  • March 2017
  • January 2017
  • November 2016
  • October 2016
  • September 2016
  • August 2016
  • May 2016
  • March 2016
  • January 2016
  • November 2014
  • April 2014
  • March 2014
  • January 2014
  • May 2010
©2025 Kisah Kecil dari Palembang | WordPress Theme by Superbthemes.com